Para pelaku UKM tidak tahu di mana dapat mencari bantuan. 60% pelaku UKM menganggap dukungan pemerintah tidak mencukupi atau tidak ada kejelasan tentang dukungan yang tersedia. Sekitar 31% responden meminta bantuan kepada institusi keuangan, sedangkan hanya 19% yang meminta bantuan perusahaan TI.
Sekitar 60% responden melihat transformasi digital sebagai kunci inovasi dalam proses dan fleksibilitas kerja, serta kustomisasi produk dan layanan yang diidentifikasi sebagai strategi masa depan.
Namun, solusi yang hemat biaya diperlukan mengingat cashflow tetap menjadi pertimbangan utama lantara para pelaku UKM merasa tidak yakin ke mana mereka harus mencari solusi yang tersedia. Ini merupakan hal yang penting, terutama dengan hanya 4 dari 10 UKM yang memiliki divisi atau karyawan yang bertanggung jawab untuk berinovasi.
Mayoritas pelaku UKM tidak mendedikasikan sumber daya dan investasinya dalam inovasi sebagai sebuah disiplin ilmu; lebih umum untuk bertanya kepada para pelanggan perihal apa yang mereka inginkan atau sekadar mengikuti apa yang ditawarkan pesaingnya. Hanya satu dari lima pelaku UKM yang memiliki penawaran khusus, mencari channel penjualan dan supply chain baru atau memperkenalkan lini bisnis baru.
Dalam hal ini, Indonesia (59%) dan Thailand (51%) memimpin dengan persentase tertinggi dari para pelaku UKM yang mendedikasikan sumber daya mereka untuk berinovasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti