Bisnis penerbangan belum pulih akibat terpukul virus corona (Covid-19). Masih sepi, tidak seramai sebelum masa pandemi. Meski demikian, badan usaha milik negara (BUMN) sektor penerbangan tak mau menyerah.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menegaskan pihaknya tidak akan pasrah terhadap pandemi. Kondisi ini malah memaksa perseroan untuk melahirkan inovasi yang selama ini tidak menjadi konsentrasi perusahaan.
"Tidak boleh menyerah. Jangan menyerah. Kami sekarang fokus pada bisnis logistik atau kargo di maskapai kami," ucap Irfan.
Baca Juga: Dirut Akui Hanya Penumpang yang Bisa Selamatkan Garuda
Dia menyebut dari waktu ke waktu bisnis logistik yang dijalankan Garuda semakin moncer. Dia bahkan tidak menyangka bisnis kargo memiliki potensi bagus karena selama industri penerbangan hanya fokus kepada penumpang.
"Penerbangan kami untuk kargo ini bisa 10 penerbangan dalam satu hari. Maskapai isinya hanya mengangkut kargo. Sebelumnya tidak pernah ada penerbangan kargo hingga 10 penerbangan dalam sehari," ujarnya.
Dia mengaku bahwa saat ini perseroan kesulitan untuk menormalkan jumlah penumpang. Meski belakangan ini sudah ada peningkatan, tapi tidak seperti kondisi normal. Titik terparah adalah Mei.
"Memang ketika itu kami drop. Penurunan penumpang hingga 90 persen di sekitar Mei, ini harus bisa kami antisipasi dengan cepat," akunya.
Perusahaan terus mencoba berpikir dan bergerak cepat. Perusahaan memiliki lini organisasi yang menyusun strategi untuk kebutuhan hari ini serta planning untuk lima tahun ke depan.
"Kami sering kampanyekan Yuk Terbang Bersama Garuda. Karena penumpang yang akan mempercepat proses recovery di Garuda," tegasnya.
Terpisah, pengamat penerbangan Alvin Lie menjelaskan kontribusi terbesar pada bisnis penerbangan saat ini adalah dari perjalanan dinas Aparatur Sipil Negara (ASN).
"Kita harus pahami demografi dari jumlah jasa penerbangan domestik kita. Seperti ASN, pegawai BUMN, TNI-Polri itu punya kontribusi yang besar," ucap Alvin.
Dari data yang dia miliki, kontribusi perjalanan dinas ini mencapai lebih dari 60 persen. Selanjutnya sekitar 17 persen adalah kontribusi perjalanan bisnis swasta dan 13 persen pribadi.
Paling bontot kontribusi pariwisata sebesar 10 persen. Artinya, secara keseluruhan pada bisnis penerbangan mulai dari traffic di bandara Angkasa Pura I dan II, aktivitas pergi-pulang menggunakan maskapai Garuda sebanyak 60 persen atau 2/3 digunakan untuk perjalanan.
Menurut Alvin, dalam kondisi ini, baik Garuda, Angkasa Pura I, maupun Angkasa Pura II tidak bisa berharap besar pada traffic penumpang maskapai. Apalagi, sampai berharap beberapa bulan lagi ada turis asing yang berkunjung untuk wisata.
"Sekarang untuk perjalanan dinas atau bisnis masih sedikit sekali. Apalagi sekarang bisa melakukan meeting atau rapat negosiasi melalui video conference. Nah, ini yang membuat industri penerbangan sulit bangkit. Peningkatan ada, tapi itu belum signifikan," paparnya.
Karena itu, dia setuju dengan yang dilakukan Garuda. Karena maskapai harus terus memaksimalkan bisnis nonpenumpang. Begitu juga pengelola bandara, bisa memaksimalkan lini bisnis yang masih berjalan di luar sektor penerbangan. Misalnya, memanfaatkan ruang kosong yang berada di bandara untuk kegiatan di luar aktivitas penerbangan.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengaku pihaknya sudah mulai melakukan penguatan portofolio bisnis baru.
"Kami menciptakan new business stream yang tidak memiliki ketergantungan terhadap jumlah traffic pesawat dan penumpang, mengoptimalkan aset lahan tidak produktif untuk menunjang new business stream," ujar Faik.
Dia juga melakukan diversifikasi pendapatan melalui digital monetizing dan optimalisasi anak perusahaan agar dapat menciptakan ekosistem bandara yang terintegrasi.
Angkasa Pura I juga baru meluncurkan layanan air freight untuk memperkuat bisnis perusahaan dan konektivitas logistik. Sedangkan Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengaku, dalam kondisi pandemi pihaknya tengah memaksimalkan bisnis kargo.
"Ini menjadi peluang untuk memaksimalkan bisnis perusahaan di tengan pandemi Covid-19," kata Awaluddin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: