Gelombang Kejut Ledakan Besar Beirut Lempar Korban hingga ke Laut
Bagi banyak orang, ledakan itu adalah pengingat mengerikan dari perang saudara 1975-1990 yang mengguncang negara dan menghancurkan petak-petak Beirut. Rekonstruksi pasca-perang dan korupsi politik membuat Lebanon dililit utang besar.
"Dengan ledakan ini mereka membawa kami kembali ke tahun-tahun perang. Para pemimpin kami dalam keadaan koma," kata Ali Abdulwahed (46), seorang manajer di sebuah restoran di sebelah parlemen.
Para pejabat mengatakan jumlah korban diperkirakan akan meningkat setelah ledakan di gudang-gudang pelabuhan yang menyimpan bahan-bahan yang sangat eksplosif.
Ledakan itu adalah yang paling kuat yang pernah terjadi di Beirut, sebuah kota yang masih dilanda perang saudara tiga dekade lalu dan terhuyung-huyung akibat krisis ekonomi dan gelombang infeksi virus Corona.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan 2.750 ton amonium nitrat yang digunakan dalam pupuk dan bom, telah disimpan selama enam tahun di pelabuhan tanpa langkah-langkah keamanan. Dia menyebutnya "tidak dapat diterima".
Sumber resmi yang berkaitan dengan penyelidikan awal menyebut insiden itu disebabkan kelalaian. Orang-orang Lebanon biasa mengarahkan kemarahan kepada para politisi yang telah mengawasi selama beberapa dekade korupsi negara dan pemerintahan yang buruk yang menjerumuskan bangsa ke dalam krisis keuangan.
Perdana Menteri Hassan Diab menjanjikan pertanggungjawaban atas ledakan di "gudang berbahaya" itu dan menambahkan "mereka yang bertanggung jawab akan membayar harganya".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: