Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Depresi Besar Bisa Terulang, Indikatornya Sudah Terlihat

Depresi Besar Bisa Terulang, Indikatornya Sudah Terlihat Bhima Yudhistira Adhinegara, Pengamat Ekonomi INDEF | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Momok resesi sudah bersiap menghantam ekonomi Indonesia. Pasalnya Badan Pusat Statistik (BPS) resmi mengumumkan produk domestik bruto (PDB) di kuartal II-2020 minus 5,32%. Skenario terburuknya, depresi hebat yang pernah terjadi pada 1930-an bisa saja terulang lagi. 

Bhima Yudhistira, ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), membenarkan kekhawatiran di atas. Katanya, beberapa indikator depresi besar itu memang terlihat.

"Pertama yang membedakan dengan krisis biasa adalah terjadinya deflasi. Deflasi seperti yang sekarang terjadi di Indonesia. Pada Juli terjadi deflasi. Harusnya kan dalam setiap krisis pada tahun 98, Indonesia mengalami inflasi sampai 70%, tahun 2008 inflasi 11%, dan tahun 2020 ketika terjadi resesi, ini justru deflasi. Jadi lebih mirip depresi tahun 1930," jelas dia ketika ditanya redaksi Warta Ekonomi (5/8/2020).

Baca Juga: RI Mendekat Lubang Resesi, Apa Siasat Erick Thohir?

Baca Juga: Bayang-bayang Resesi Makin Nyata, Pengusaha Bisa Apa?

Alumnus UGM ini melanjutkan, indikatior kedua adalah turunnya volume perdagangan secara global. World Trade Organization (WTO) memperkirakan volume perdagangan secara global akan menurun sampai 32%.

Dia bilang, "ini situasi yang hampir mirip juga dengan depresi besar tahun 1930. Jadi, terjadi kontrasi yang terlalu cukup dalam di sisi perdagangan yang berpengaruh terhadap kinjera ekspor, kemudian impor."

Indikator lain yang juga sudah sangat terasa ialah pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan secara besar-besaran, nyaris di seluruh sektor.

"Depresi besar ini diikuti oleh gelombang PHK secara massal yang terjadi di banyak sektor, jadi kita bisa mengulang itu," beber Bhima.

Definisi depresi sendiri ialah ketika terjadi resesi ekonomi yang berlanjut dalam beberapa tahun. Penjelasan lebihnya, menurut Business Insider, depresi bisa dimaknai sebagai kemerosotan ekstrem dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung selama beberapa tahun atau dalam waktu yang lama. 

"Ketika tahun 2020 Indonesia resesi, dan dilanjutkan 2021 resesi, maka sama persis terjadinya depresi secara besar tahun 1930 sampai 1933. Harapannya kita tidak mengulangi sejarah yang sama dengan melakukan pencegahan lebih dini," tukas Bhima.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: