Teriakan Minta Tolong Warga Beirut Menggema, Miris Dengarnya!
Keluarga Abdo telah kehilangan tabungan mereka pada saat krisis ekonomi yang melanda Lebanon pada akhir tahun lalu.
“Kita sudah punya banyak masalah di negeri ini,” ujar George Abdo.
Ia menambahkan, “Kita tidak pernah membayangkan bahwa kesulitan memperbaiki rumah adalah salah satunya, dan kita juga harus tetap disini untuk menghindari adanya pencurian barang.”
Dahiyeh, sebuah darerah di Selatan Beirut yang menjadi markas Hizbullah, telah menjadi saksi bisu bencana besar yang melanda kota tersebut setelah terakhir mengalami kehancuran pasca bom Israel yang melanda kota tersebut pada tahun 2006.
Kali ini, Dahiyeh menjadi salah satu daerah yang tidak terkena dampak dari ledakan. Ini juga menjadikan para pekerja dan pengrajin dari daerah lainnya mendatangi daerah selatan Beirut untuk mencari bahan bangunan dan juga kaca.
Di sebuah pabrik kaca di daerah dekat Dahiyeh, Laylaki, banyak sekali orang yang sedang sibuk memotong pecahan kaca besar untuk menyelamatkan bagian kaca rumah mereka yang hancur beberapa hari yang lalu.
“Biasanya, pabrik ini sepi sekali pelanggan, tetapi sekarang saya sangat sibuk, saya bahkan tak punya waktu untuk berpikir,” ujar Ali, seorang manajer pabrik tersebut.
Baca Juga: Rakyat Beirut Tak Lagi Punya Air Mata untuk Menangis
Ia menambahkan, “Dengan menggunakan kaca termurah yang kita punya, pelanggan dapat memperbaiki kaca berukuran normal dengan harga 8 dolar (117 ribu rupiah). Masalahnya adalah krisis keuangan yang melanda negeri ini membuat banyak warga tak punya uang.”
“Lebih lagi, kita telah mengimpor hampir semua bahan dari negara-negara lain seperti Jerman dan Arab Saudi. Namun, sekarang pelabuhannya sudah hancur. Jadi, sekali kita menjual apa yang kita miliki saat ini, kita tak punya apa-apa lagi.”
Nilai tukar mata uang 1 dolar telah mencapai 8.000 pound Lebanon pada hari Kamis kemarin – lebih dari 4 kalinya dibandingkan dengan tahun lalu, yang mana pada saat itu, nilai tukar mata uang pound Lebanon terhadap 1 dolar hanya sebesar 1.500.
Memperbaiki sebagian kota tanpa uang dan material adalah musibah baru yang melanda negara tersebut yang telah mengalami perang sipil dan korupsi pada 30 tahun terakhir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri