Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mau Belajar Pancasila? Cuma Ini Lokasi yang Tepat

Mau Belajar Pancasila? Cuma Ini Lokasi yang Tepat Kredit Foto: Antara/BPMI Setpres/Handout

Syarief meminta, tak ada lagi yang meragukan komitmen pondok pesantren dan santri terhadap Pancasila. Ditegaskannya, sejak awal berdirinya republik, Pancasila digagas dan didukung oleh kiai dan santri.

"Sejak awal, kaum sarungan sudah final soal Pancasila. Nggak boleh diubah-ubah lagi. Yang meragukan ponpes, kiai dan santri, justru mereka tidak Pancasilais. Yang mempertentangkan Islam dan Pancasila, mereka tidak paham sejarah. Berkat perjuangan K.H Hasyim Asyari, Pancasila dan negara ini lahir," tandasnya.

Bagaimana dengan RUU pengganti yang baru, yakni RUU BPIP? Syarief mengaku, akan terus mengawasi. "Kita silakan saja. Katanya sudah tidak menyinggung dasar filosofis Pancasila. Hanya menyinggung teknis dan mekanisme BPIP. Tapi akan terus kita pantau," tandasnya.

Dalam temu tokoh yang dihadiri ratusan santri ponpes dan sejumlah ulama, serta tokoh masyarakat, berlangsung dengan protokol kesehatan Covid-19 ketat. Sebelum masuk area, ada pembagian masker, pengukuran suhu tubuh dan wjaib cuci tangan dengan hand sanitizer. Tempat duduknya pun diberi jarak sekitar satu meteran.

Syarief pun mengapresiasi pertemuan dalam jumlah banyak namun tertib dan patuh terhadap protokol kesehatan. "Sejak Maret Covid-19 menyebar, hari inilah pertama saya bersosialisasi begini banyak dengan protokol kesehatan ketat. Ini silaturahmi yang harus terus dijaga," imbuhnya.

Dia meminta, pemerintah memperhatikan nasib keberlanjutan pendidikan di pesantren. Apalagi, jumlahnya amat banyak di Cianjur khususnya, dan di Indonesia pada umumnya. 

Syarief berjanji akan berkoordinasi dengan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menfasilitasi ponpes yang butuh bantuan selama pandemi. "Saya mendorong pemerintah, memberikan bantuan. Kan tidak semua lengkap fasilitasnya. Juga soal pembelajaran online, banyak yang harus diperbaiki. Tak semua punya HP, jaringan internet, ini butuh bantuan, dan harus menjadi perhatian," pintanya.

Selain itu, Syarief ingin pemerintah memperhatikan UMKM, khususnya yang berada di sekitar pesantren. Sebab, UMKM dan golongan menengah ke bawah lah yang paling kena resesi ekonomi akibat pandemi. 

"Saya sering berteriak, stimulus UMKM baru 32 persen. Harusnya sudah 60 sampai 70 persen digelontorkan. Pandemi Covid-19 ini dampaknya kontraksi hingga minus 5 persen. Tingkat kemiskinan semakin meningkat, 15 persen. Pengangguran, 9.2 persen. Ini yang terjelek sejak reformasi," kata dia.

Namun, Syarief mengajak, masyarakat untuk optimistis. Yakni dengan mengikuti kebijakan pemerintah untuk mematuhi protokol kesehatan. Apalagi, angka kasus positif Covid-19 sekarang lebih dari 115 ribu. Melebihi tempat kelahirannya di China. 

"Tapi percayalah, mudah-mudahan di kuartal ketiga, akan semakin baik. Ekonomi masyarakat, akan pulih ke depan. Kita harus opitimistis. Kita putus mata rantainya dengan taat kepada kebijakan pemerintah. Yakni disiplin menjaga protokol kesehatan," pungkasnya.  

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: