Perwakilan konsumen meminta lebih banyak lagi produk kelapa sawit berkelanjutan yang berekolabel untuk tersedia di pasaran sebagai bagian dari kebiasaan baru. Hal itu mencuat dalam bincang virtual "Adaptasi Kebiasaan Baru: 'Sustainable Palm Oil' untuk Bumi dan Manusia yang Sehat" yang diselenggarakan oleh Good Growth Partnership (GGP), Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), dan Super Indo.
Minyak kelapa sawit sangat dikenal akan keragaman penggunaannya dalam berbagai produk konsumsi sehari-hari seperti minyak goreng, camilan, sampo, kosmetik, hingga produk perawatan rumah. Penggunaan minyak kelapa sawit yang amat luas ini dimungkinkan karena produktivitas kelapa sawit yang sangat tinggi dibandingkan tanaman-tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Baca Juga: By The Way, Sudah Kenalan sama Cangkang Sawit Belum?
Akan tetapi, praktik-praktik produksi kelapa sawit yang tidak berkelanjutan memunculkan berbagai permasalahan lingkungan dan sosial yang kemudian mendorong lahirnya kebutuhan atas perubahan tata kelola industri kelapa sawit dari hulu ke hilir.
Prof. Dr. Bambang Hero Saharjo, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB menyampaikan, Indonesia dianggap negara penyumbang emisi karbon yang sebagian besar disebabkan oleh deforestasi, salah satunya melalui alih fungsi kawasan hutan menjadi lahan perkebunan, pemanfaatan gambut berlebihan, serta kebakaran gambut. Pembukaan lahan dengan metode pembakaran khususnya pada lahan bergambut menyebabkan kebakaran gambut yang berkontribusi signifikan terhadap pelepasan karbon, seperti yang dilaporkan CAMS tahun 2019 yang lalu.
"Penerapan praktik pertanian berkelanjutan dengan tidak membakar lahan atau kawasan hutan, melindungi lahan gambut dan kawasan hutan alami, serta melakukan intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas dapat mendukung keberlangsungan produksi komoditas sekaligus menjaga kesehatan dan keberlanjutan ekosistem," ujar Bambang dalam diskusi virtual, Kamis (13/8/2020).
Bincang virtual ini menggambarkan permintaan yang meningkat dari masyarakat terhadap produk- produk berkelanjutan, seiring manfaat dan dampak positifnya bagi lingkungan dan kehidupan manusia makin banyak diketahui masyarakat luas. Faktanya, hasil studi terbaru oleh MarkPlus mengungkap, 82% responden bersedia mengubah konsumsi harian produk-produk yang mengandung minyak kelapa sawit dengan produk yang menggunakan minyak kelapa sawit berkelanjutan ketika pilihan produknya tersedia.
Saat ini, meski produk-produk yang menggunakan minyak kelapa sawit berkelanjutan sudah tersedia, konsumen masih sulit menemukannya karena penggunaan ekolabel pada produk-produk tersebut yang sangat terbatas.
Senior Manager Global Community Outreach & Engagement RSPO, Imam El Marzuq, mengutarakan, konsumen harus diberi pilihan untuk memahami bahwa ada berbagai cara untuk memproduksi minyak sawit. Pelabelan produk yang mengandung minyak sawit berkelanjutan bersertifikat dan penggunaan label RSPO memberikan indikasi yang jelas kepada konsumen tentang produk mana yang mengandung minyak sawit yang 'baik'.
"Inilah mengapa RSPO berkomitmen untuk melibatkan semua pemangku kepentingan untuk membuat produk minyak sawit berkelanjutan dikenal dan dapat diakses, tidak hanya untuk konsumen di Indonesia, tetapi di seluruh dunia," ujar Imam dalam bincang virtual, Kamis (13/8/2020).
Sementara itu, Direktur Transformasi untuk Keadilan Indonesia, Edi Sutrisno, menjelaskan, pandemi Covid-19 memunculkan tantangan baru yang mendorong konsumen dan produsen untuk mengubah kebiasaan lama dan mulai membuat keputusan yang berdampak positif bagi masyarakat.
"Kami melihat bahwa pandemi Covid-19 telah memberi pembelajaran dan mendorong masyarakat untuk memikirkan kembali gaya hidup dan pola konsumsi mereka yang kemudian mendorong masyarakat untuk menggunakan produk yang berkelanjutan, termasuk konsumsi minyak sawit berkelanjutan," ujar Edi, Kamis (13/8/2020).
Edi menuturkan, produsen harus benar-benar memastikan seluruh rantai pasoknya menerapkan prinsip berkelanjutan dan patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan serta mulai menyediakan produk-produk ramah lingkungan dan berkelanjutan yang mudah diidentifikasi oleh konsumen.
"Konsumen juga harus kritis dan memprioritaskan pembelian produk-produk ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar Edi.
Selain itu, Head of Corporate Affairs & Sustainability, PT Lion Super Indo, Yuvlinda Susanta, menjelaskan bahwa PT Lion Super Indo merupakan salah satu perusahaan yang akan melangkah lebih jauh dalam perjalanannya menjadi perusahaan berkelanjutan, yaitu dengan mulai memasok minyak kelapa sawit berkelanjutan.
Sebagai salah satu supermarket terkemuka di Indonesia, Super Indo terus berinovasi dan mengembangkan produk sesuai dengan permintaan konsumen terhadap produk-produk berkelanjutan.
"Kami mengamati adanya peningkatan permintaan terhadap produk dengan minyak kelapa sawit berkelanjutan dan saat ini kami tengah berupaya untuk segera meluncurkan sebuah varian produk minyak goreng yang berekolabel. Hal ini merupakan wujud komitmen kami dalam menjawab permintaan pasar serta mendukung konsumsi berkelanjutan, sebagai bagian dari kebiasaan baru," ucap Yuvlinda, Kamis (13/8/2020).
Bincang virtual ini merupakan bagian dari gerakan "Beli Yang Baik" yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap konsumsi berkelanjutan melalui pendidikan dan keterlibatan masyarakat. Gerakan ini mencakup beberapa komoditas, termasuk minyak kelapa sawit, kayu, produk hasil laut dan energi. Untuk mendorong konsumsi minyak kelapa sawit berkelanjutan, "Beli Yang Baik" berfokus pada pengarusutamaan informasi dan pemahaman tentang produksi dan konsumsi kelapa sawit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum