Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Potensi Ekspor Pangan Melimpah, Asalkan…

Potensi Ekspor Pangan Melimpah, Asalkan… Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Potensi produksi pangan di Indonesia sebenarnya sangat melimpah. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, untuk memenuhi pasar ekspor pun mencukupi. Asalkan potensi yang dimiliki terus dikembangkan.

Demikian diungkapkan Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, dalam sambutan pada webinar Inovasi Pangan Nasional yang diadakan oleh Accelerice Indonesia, Senin (24/8/2020).

Dia menjelaskan, banyak sekali jenis bahan pangan yang dihasilkan Indonesia, yang semuanya berpotensi untuk diekspor.

Baca Juga: Tak Terhalang Pandemi, Ekspor Bungkil Sawit Justru Meninggi

Baca Juga: Sinyal Resesi dari Sri Mulyani

"Jadi bukan hanya terbatas pada mie instan, kakao atau kopi, tetapi semua produk pangan bisa saja diekspor," kata Jerry.

Menurut Wamen ini, jenis pangan Indonesia sangat beragam, mulai dari padi-padian, ikan, kacang-kacangan hingga sagu-saguan. Kuncinya adalah inovasi dalam semua aspek baik pengolahan, pemasaran, kemasan, dan sebagainya.

Dalam pengolahan, sebuah produk harus mengikuti standar-standar yang diterapkan oleh negara sasaran ekspor. Sebuah negara bisa saja menetapkan standar kesehatan, ekologis, dan sebagainya yang harus dipenuhi oleh pengimpor.

Dalam pemasaran, pendekatan-pendekatan marketing harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari pameran, business matching, iklan, dan seterusnya. Pengemasan juga harus bisa memenuhi standard dan ekspektasi konsumen agar menarik serta meningkatkan nilai tambah.

Jerry mengatakan bahwa Kementerian Perdagangan memberikan fasilitasi bagi inovasi-inovasi dalam pengembangan produk ekspor. Sesuai dengan tupoksi kementerian ini bahwa kegiatan ekspor ada di hilir. Untuk produksi atau hulu, ada di kementerian lain seperti Kemenperin, Kementan, Kemenkop-UKM, dan sebagainya.

"Kami memberikan fasilitasi dalam pemasaran dan kemudahan-kemudahan perdagangan lainnya," tambah mantan anggota Komisi I ini.

Wamendag juga mengatakan bahwa yang tidak boleh dilupakan adalah perjanjian perdagangan dalam menunjang ekspor produk pangan. Perjanjian perdagangan itu penting sekali dalam memperluas akses produk-produk Indonesia, termasuk produk pangan, baik yang mentah maupun sudah olahan.

Dengan perjanjian perdagangan, tarif masuk produk dari Indonesia akan diberikan keringanan atau bahkan bisa nol persen, dengan begitu secara harga dapat bersaing.

Menurut Jerry, sudah banyak perjanjian perdagangan yang diselesaikan. Oleh karena itu, ia berharap para produsen Indonesia memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang dihasilkan dari perjanjian perdagangan itu. Tanpa pemanfaatan yang optimal, perjanjian perdagangan tidak akan memberikan manfaat nyata bagi produk Indonesia.

Salah satunya Free Trade Area Center (FTA-Center), di sana para produsen bisa berkonsultasi mengenai bagaimana sebaiknya melakukan ekspor, bagaimana mekanismenya, dan sebagainya.

"Jadi jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi kami. Kami pasti akan membantu seoptimal mungkin. Apalagi memang sudah jadi visi presiden untuk meningkatkan ekspor. Tugas kamilah untuk mengimplementasikan visi presiden tersebut," ujar Jerry.

Namun, Jerry menyadari bahwa meningkatkan ekspor pangan adalah tantangan tersendiri. Sektor pertanian dan pangan biasanya lebih proteksionis dibandingkan dengan sektor lain. Ini terjadi di semua negara karena sektor pangan biasanya menyangkut kepentingan yang sangat kompleks.

Tetapi, hal itu tidak berarti  tidak bisa diatasi. Hal ini karena selain keunggulan kompetitif juga ada keunggulan komparatif Indonesia yang diakibatkan oleh faktor tanah dan iklim. Misalnya saja produk gandum, Indonesia memang harus impor karena memang kita tidak bisa menanam sendiri secara optimal. Produk Indonesia juga banyak yang punya keunggulan komparatif, buah-buahan misalnya.

"Banyak buah yang hanya bisa hidup di iklim tropis atau bahkan endemik Indonesia. Jadi, itu bisa jadi modal tersendiri bagi kita," kata Jerry.

Jerry pun berpesan agar keunggulan komparatif tidak melenakan produsen Indonesia karena keunggulan kompetitif tetap memegang kunci. Dia ingin inovasi dilakukan sebaik mungkin agar secara kualitas dan kuantitas, produk Indonesia bisa memenuhi ekspektasi negara-negara pengimpor.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: