Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Cuma Pertamina, Petronas dan Indian Oil Kompak Memerah

Bukan Cuma Pertamina, Petronas dan Indian Oil Kompak Memerah Kredit Foto: Pertamina

Pendapatan Indian Oil Turun 18%

Selain Pertamina dan Petronas, Indian Oil Group juga mengalami penurunan profit. Direktur Utama Indian Oil Corporation Limited (IOCL), Shrikant Madhav Vaidya, menyampaikan bahwa auto fuel demand (permintaan bahan bakar) saat ini di tahun finansial 2020-2021 tetap rendah dibanding level sebelum Covid 19.

Vaidya mengungkapkan, kapasitas penggunaan meningkat jadi 93% di minggu pertama Juli 2020, tetapi saat ini sudah turun menjadi 75% akibat perpanjangan lockdown di negara bagian yang menjadikan tidak adanya permintaan bahan bakar.

Baca Juga: Buat Pertamina Tekor Rp11 T, Mending Ahok Balik ke Habitatnya

Vaidya berharap, kapasitas penggunaan IOCL bisa terjaga antara 70%-75% sampai penghujung tahun finansial 2020-2021. IOCL adalah retail bahan bakar terbesar di India dan satu-satunya yang melayani hampir setengah permintaan di negaranya.

IOCL melaporkan, 2,350.25 Crore Rupee sebagai consolidated net profit (gabungan keuntungan) di kuartal pertama (Q1) tahun finansial 2020-2012. Turun dari 3,623.69 crore yang dilaporkan pada tahun lalu.

"Total pendapatan gabungan (consolidated total income) untuk periode yang di-review ada pada angka 90,776.10 crore, turun signifikan dari 1,53,111.43 crore yang dilaporkan tahun lalu," ujar Vadya seperti dikutip thehindubusinessline.com, Jumat (21/8/2020).

Vaidya mengatakan, IOCL mencatatkan kerugian inventaris 3,196 crore di Q1 fiskal 2020-2021. Oil grup ini melaporkan keuntungan inventaris 2,362 crore di tahun lalu. "Dalam hitungan barel, kerugian inventory loss di Q1 2020-2021 US$3.05 barel dibanding inventory gain US$3.92 barrel di periode yang sama tahun lalu," ujar Vaidya.

Gross Refining Margin (GRM) atau keuntungan per barel dari crude oil processed selama Q1 tahun finansial 2020-2021 adalah US$1.98 per barel. Ini lebih rendah dibandingkan US$4.69 per barel di periode sama di tahun lalu.

Keuntungan perusahaan induk dan consequential expenses (biaya konsekuensial) berkurang karena lockdown nasional akibat Covid-19. Penjualan perusahaan selama April 2020 terpengaruh secara signifikan karena lockdown sehingga kapasitas penggunaannya rendah.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: