Sebelumnya, Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini menjelaskan ada tiga faktor yang menyebabkan kerugian Pertamina pada semester awal tahun ini.
Pertama karena adanya penurunan permintaan pasar. Kemudian, nilai tukar rupiah menjadi faktor kedua.
Sebab, laporan keuangan secara fundamental di Pertamina merujuk pada pembukuan dengan nilai mata uang dolar Amerika Serikat
“Yang ketiga ini terkait dengan crude. Dengan melemahnya crude price di second quarter menyentuh angka 19 sampai 20 dolar AS perbarel. Dibandingkan posisi Desember 2019 63 dolar AS perbarel kita sangat terdampak sekali pada margin hulu. Padahal margin hulu penyumbang atau kontributor ebitda terbesar 80 persen,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil