2. PTPP (-95,36%)
Emiten BUMN konstruksi berikutnya, yaitu PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) juga kehilangan banyak keuntungan pada semester I 2020. Sampai dengan akhir Juni 2020, laba bersih PTPP tercatat sebesar Rp15,95 miliar. Angka tersebut turun 95,36% dari capaian Juni 2019 yang mencapai Rp343,72 miliar.
Anjloknya laba bersih tersebut selaras dengan koreksi laba kotor PTPP sebesar 49,96% dari Rp1,41 triliun pada 2019 menjadi Rp705,69 miliar pada 2020. Bagaimanapun, pendapatan yang dihimpun PTPP terkoreksi 36,56% pada periode tersebut dari Rp10,64 triliun menjadi hanya Rp6,75 triliun.
Baca Juga: PTPP Berhasil Kantongi Kontrak Baru Rp10 T per Juli
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, hampir semua sumber pendapatan PTPP anjlok pada paruh pertama tahun ini. Kontributor terbesar pendapatan PTPP berasal dari jasa konstruksi sebesar Rp5,33 triliun pada Juni 2020, itu pun menurun drastis dari Juni 2019 lalu yang mencapai Rp8,60 triliun. Penurunan juga terjadi di pendapatan EPC dari Rp912,53 miliar menjadi Rp397,01 miliar.
Begitu pun juga dengan pendapatan sewa peralatan yang turun dari 113,97 miliar menjadi Rp65,67 miliar dan pendapatan energi turun dari Rp76,34 miliar menjadi Rp45,84 miliar. Pendapatan PTPP dari properti dan realti juga turun walau tak signifikan, yaitu dari Rp894,72 miliar menjadi Rp818,61 miliar.
Bersamaan dengan itu, PTPP membukukan penurunan beban pendapatan dari Rp9,23 triliun menjadi Rp6,04 triliun. Meski begitu, pendapatan PTPP tertekan seiring dengan naiknya beberapa pos beban, yakni beban keuangan dari Rp291,46 miliar menjadi Rp374,31 miliar dan juga beban cadangan kerugian penurunan nilai dari Rp37,86 miliar menjadi Rp94,72 miliar.
Di sisi lain, jumlah liabilitas PTPP tercatat sebesar Rp39,92 triliun yang terdiri atas liabilitas jangka pendek sebesar Rp27,82 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp12,1 triliun.
3. Adhi Karya (-94,76%)
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menempati posisi ketiga sebagai BUMN konstruksi yang labanya amblas paling dalam. Pada semester I 2020, ADHI mengantongi laba bersih sebesar Rp11,27 miliar, turun 94,76% dari capaian semester I 2019 lalu yang sebesar Rp215 miliar. Hal itu tidak lepas dari amblasnya laba usaha ADHI sebesar 19,75% menjadi sebesar Rp414,10 miliar.
Dalam laporan keuangan perusahaan, disajikan pendapatan ADHI selama enam bulan pertama tahun ini mengalami lonjakan 1,84% dari Rp5,43 triliun pada 2019 menjadi Rp5,53 triliun pada 2020. Sayangnya, beban pokok pendapatan ADHI membengkak 3,50% menjadi Rp4,73 triliun. Ditambah lagi, beban usaha ADHI juga mengalami kenaikan hingga 13,15% menjadi Rp381,89 miliar.
Jika ditelisik, jasa konstruksi merupakan kontributor terbesar terhadap pendapatan ADHI. Sampai dengan Juni 2020, ADHI mengantongi pendapatan dari segmen ini sebesar Rp4,48 triliun, meningkat dari capaian Juni 2019 lalu yang hanya Rp4,23 triliun. Pendapatan dari segmen investasi infrastruktur juga melonjak dari Rp195,13 miliar menjadi Rp396,45 miliar.
Dua segmen lainnya yang menjadi kontributor pendapatan ADHI tercatat mengalami penurunan. Keduanya adalah pendapatan EPC turun dari Rp239,06 miliar menjadi Rp237,72 miliar dan pendapatan properti atau real estate turun dari Rp757,21 miliar menjadi Rp412,21 miliar.
Sampai dengan akhir semester I 2020, ADHI membukukan total liabilitas sebesar Rp32,07 triliun. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,61 triliun. Liabilitas jangka pendek dan jangka panjang ADHI masing-masing mencapai Rp26,69 triliun dan Rp5,37 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih