Cadangan devisa adalah aset yang disimpan pada cadangan oleh bank sentral dalam mata uang asing. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), cadangan devisa adalah cadangan dalam satuan mata uang asing yang dipelihara oleh bank sentral untuk memenuhi kewajiban keuangan karena adanya transaksi internasional.
Sementara menurut Wikipedia, cadangan devisa adalah aset yang dimiliki oleh bank sentral dan otoritas moneter, biasanya dalam mata uang cadangan yang berbeda, sebagian besar dolar Amerika Serikat, dan pada tingkat lebih rendah Euro, Poundsterling, dan yen Jepang, dan digunakan untuk mendukung kewajibannya, misalnya, mata uang lokal yang dikeluarkan, dan berbagai cadangan bank yang disimpan pada bank sentral, oleh pemerintah atau lembaga keuangan.
Baca Juga: Apa Itu Cadangan Bank?
Dyah Virgoana Gandhi dari Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia menjelaskan dalam buku Pengelolaan Cadangan Devisa di Bank Indonesia bahwa cadangan devisa yang dimiliki oleh suatu negara dapat dipergunakan untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan dapat juga dipergunakan untuk membiayai defisit pada neraca pembayaran.
Oleh karena cadangan devisa dituntut harus dapat dipergunakan setiap saat apabila diperlukankan maka cadangan devisa biasanya berupa kekayaan dalam bentuk mata uang asing yang mudah diperjualbelikan, emas, dan tagihan jangka pendek kepada bukan penduduk yang bersifat likuid.
Selanjutnya, agar cadangan devisa tersebut bersifat likuid, maka cadangan devisa sebaiknya dalam bentuk aset yang dapat dengan mudah dipergunakan setiap saat sesuai kebutuhan. Oleh karena, itu cadangan devisa harus tersimpan sebagai tagihan pemerintah kepada bukan penduduk dalam bentuk valuta asing yang mudah dikonversikan.
Ini adalah praktik umum di berbagai negara di seluruh dunia bagi bank sentral mereka untuk menyimpan sejumlah besar cadangan dalam valuta asing.
Sebagian besar cadangan ini disimpan dalam dolar AS karena dolar AS adalah mata uang yang paling banyak diperdagangkan di dunia. Meski demikian, tidak jarang cadangan devisa terdiri dari pound Inggris (GBP), euro (EUR), yuan China (CNY) atau yen Jepang (JPY).
Para ekonom berteori bahwa lebih baik menyimpan cadangan devisa dalam mata uang yang tidak terkait langsung dengan mata uang negara mereka agar menjadi penghalang apabila ada guncangan pasar. Namun, praktik ini menjadi lebih sulit karena mata uang saat ini lebih saling terkait lantaran perdagangan global yang menjadi lebih mudah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: