Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Eng-Ing-Eng, Rocky Gerung Kembali Beraksi, Kali Ini Buka-bukaan Soal...

Eng-Ing-Eng, Rocky Gerung Kembali Beraksi, Kali Ini Buka-bukaan Soal... Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat politik, Rocky Gerung, menyatakan bahwa dalam sejarah, faktor penghambat berpikir kritis di kampus dan sekolah ialah feodalisme.

Menurut dia, kampus atau sekolah merupakan panggung bagi siapa pun yang punya dalil. Baca Juga: Rocky Gerung: Istana Berusaha 'Mematikan' Anies Baswedan, Caranya...

"Kampus jangan menyusu pada kapitalisme, apalagi menyusu pada kekuasaan. Akibatnya menghilangkan independensi kampus, hilang sikap kritis. Semua yang punya dalil mesti diberi ruang merdeka oleh kampus," ujarnya dalam diskusi virtual bertajuk Higher Order Thinking Skills dalam Pembelajaran Sosiologi Antropoligi yang diselenggarakan Asosiasi Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Indonesia (APPSANTI), Jumat (18/9/2020).

Bahkan, ia menegaskan faktor feodalisme yang menjadi penghambat berpikir kritis tidak boleh dipelihara oleh kampus. Baca Juga: Keyakinan Jokowi Dipatahkan Rocky Gerung: Harapan Palsu

Namun sebaliknya, kampus atau sekolah mesti menjadi tempat tumbuh suburnya rasionalitas, sikap-sikap kritis dan analitik yang mesti dibiasakan.

"Kampus atau sekolah mestinya menjadi tempat tegur-menegur pikiran. Kejujuran menegur teman berpikir akan menghasilkan pikiran-pikiran baru. Ide-ide baru, inovasi baru. Mengkritik itu mengkritik pikiran, bukan menilai individu secara subjektif," jelasnya.

Sambungnya, "Mengajarkan berpikir kritis di sekolah itu mesti punya alat dan alatnya adalah metodologi, bukan ideologi. Ini penting agar sikap kritis itu didasari argumen-argumen, bukan kebencian ideologis yang subjektif," pungkas dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: