Kisah Perusahaan Raksasa: AXA, Jalan Panjang Taipan Asuransi yang Lagi Melejit
Posisinya digeser oleh raksasa asuransi lainnya, Allianz yang ketika itu membeli AGF. Dari situ AXA melipatgandakan bisnis utamanya di Prancis dan melampaui ukuran dasarnya di Inggris Raya, Belgia, dan Jerman.
Akuisisi lain terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Di Inggris, Guardian Royal Exchange menjadi milik grup Prancis. Dengan memanfaatkan kesulitan ekonomi Jepang, AXA menginjakkan kaki di perusahaan asuransi jiwa ke-13 negara itu, Nippon Dantai. Perusahaan Asia lainnya kemudian dibeli di China (AXA Minmetals), di Turki (AXA Oyak), di Lebanon (AXA Timur Tengah).
Claude Bebear menyerahkan posisinya sebagai presiden dewan manajemen kepada Henri de Castries pada 2000. Bebear kemudian menjadi ketua dewan pengawas.
Permulaan Henri sebagai orang baru di kepala perusahaan ditandai dengan serangan New York. Itu merupakan sebuah kerugian yang mencapai 650 juta euro (612 juta dolar AS).
Meskipun demikian, konsolidasi posisi grup di pasar ini diupayakan dengan akuisisi lebih lanjut termasuk di Mutual of New York pada 2004. Pada 2002, 87 persen dari omzet dihasilkan di luar negeri.
Di Asia, AXA semakin berkembang. Sejumlah kerja sama terjalin, di antaranya pembukaan entitas di Canton (2004), pendirian usaha patungan dengan Bank Mandiri di Indonesia (2004) dan akuisis MLC Indonesia pada 2005. Setelah transaksi ini, AXA menjadi perusahaan asuransi ketiga di Asia dengan kerja sama bank lokal di Filipina dan Thailand (2004), pendirian AXA Tech di India (2005), pendirian di Arab Saudi dengan Teluk AXA (2005).
AXA mengumumkan pada awal Juni 2011 penarikannya dari pasar Kanada. Dengan begitu perusahaan kemudian menjual anak perusahaannya AXA Canada ke Intact Financial senilai 2,7 miliar dolar AS.
Hingga 31 Desember 2010, AXA memiliki 95 juta pelanggan di seluruh dunia dan mengelola 214.391 karyawan dan distributor eksklusif (60 persen di antaranya berbasis di Eropa).
Omzet perusahaan pada 2010 mencapai 91 miliar euro (120 miliar dolar AS). Dengan rincian 63 persen di antaranya dalam tabungan pensiun jiwa dan 30 persen di asuransi non-jiwa.
Omzet yang tersisa dibagi antara manajemen aset, perbankan dan operasi asuransi lainnya. Hasil operasi berjumlah 3,88 miliar euro (5,14 miliar dolar AS) dengan rasio gabungan non-kehidupan sebesar 99,1 persen.
Kapitalisasi perusahaan pada akhir 2010 mencapai 27,4 miliar euro (36,3 miliar dolar AS). Distribusi utama mengalir di antara investor institusi di Amerika Utara (18,8 persen), Prancis (16,5 persen), Inggris Raya dan Irlandia (11,5 persen), Jerman (3,6 persen) dan negara-negara Benelux (3 persen).
BNP-Paribas memiliki 5,4 persen modal. Karyawan, semua pemegang saham, memiliki 6,5 persen dari perusahaan.
AXA telah menjadi salah satu nama yang paling diminati di segmen pasarnya melalui bisnisnya yang sempurna, kelancaran operasional dan dedikasinya terhadap pelanggan. Perusahaan kini hadir di 56 negara dengan 157.000 karyawan; organisasi ini terus mencari pasar dengan pertumbuhan tinggi di seluruh dunia untuk memperluas jangkauan pasarnya yang terus berkembang.
Pada 2016, raksasa asuransi Prancis AXA meluncurkan Ambition 2020, rencana lima tahun untuk menyederhanakan lini bisnis perusahaan, fokus pada pertumbuhan pasar, dan mendigitalkan kerajaannya. Perusahaan mengambil langkah besar menuju tujuan itu pada Maret 2019 ketika menjual 1,5 miliar dolar AS saham di bisnis asuransi jiwa AS ke Morgan Stanley dan Barclays. Kesepakatan itu semakin mempersempit fokus AXA pada bisnis risiko korporatnya.
Pada 12 September 2018, Axa mengakuisisi XL Group Ltd, sebuah perusahaan asuransi dan reasuransi properti dan kecelakaan yang berbasis di Bermuda, senilai 15,3 miliar dolar AS. Pada Oktober 2019, perusahaan menjual Axa Bank Belgium ke Crelan seharga 620 juta euro (688,51 juta dolar AS).
AXA juga menambahkan komponen baru ke dalam strateginya di 2019, berjanji untuk menghentikan penjaminan emisi perusahaan yang terkait dengan industri batu bara. Ini menjanjikan divestasi penuh bahan bakar fosil secara global pada 2040.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: