Facebook kembali menjadi bulan-bulanan para kelompok sipil yang berupaya melawan misinformasi di Amerika Serikat (AS), khususnya jelang pemilu.
Melansir laporan Axios, Rabu (29/9/2020), CEO dari Liga Antifitnah, Jonathan Greenblatt menyebut, komunitasnya akan fokus berusaha memboikot Facebook. Mengapa hanya Facebook?
"Perusahaan itu kurang proaktif daripada situs media sosial pesaing, seperti Twitter dan Youtube, dalam menjaga laju misinformasi dan ujaran kebencian," jelas Greenblatt.
Baca Juga: Huawei Marah ke Amerika, Minta Setop Batasi Ekspor Teknologi
Baca Juga: WhatsApp Akan Hadirkan Fitur Baru! Bisa Kirim Foto dan Video Buat Sementara Loh
Menurutnya, Twitter telah melarang iklan politik pada awal tahun ini. Youtube juga sudah memblokir akun-akun supremasi kulit putih pada Juni. Langkah-langkah itu menunjukkan upaya Youtube dan Twitter memerangi misinformasi.
Ia menambahkan, "kebijakan halaman Facebook yang menganjurkan kekerasan pada protes di Kenosha, Wisconsin, merupakan contoh yang menunjukkan platform itu tertinggal (dari Youtube dan Twitter)."
Facebook membantah tuduhan Greenblatt. Perusahaan mengaku telah mencoba meningkatkan keamanan dan sistem moderasi konten untuk menghindari menjamurnya misinformasi, ujaran kebencian, dan propaganda.
"Greenblatt secara aktif memimpin kampanye melawan kami. Poin pembicaraan terbaru menyebut, kami kurang proaktif dalam menangani kebencian dan misinformasi daripada rekan kami--itu sama sekali tidak benar," jelas Facebook.
Asal tahu saja, Liga Antifitnah memasuki kampanye boikot kedua pada pekan lalu. Kim Kardashian West dan dua lusin selebriti pun mengikutinya; dengan membekukan akun Instagram dan Facebook selama sehari.
Selanjutnya, kampanye boikot Facebook itu akan berfokus untuk menekan Facebook membuat perubahan kebijakan jelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: