Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mayoritas Perusahaan Batu Bara Milik Konglomerat RI Telan Pil Pahit! Ini Daftarnya!

Mayoritas Perusahaan Batu Bara Milik Konglomerat RI Telan Pil Pahit! Ini Daftarnya! Kredit Foto: Sudut Energi

3. Bayan Resources - Low Tuck Kwong

Low Tuck Kwong dikenal sebagai konglomerat sekaligus raja batu bara di Indonesia. Sumber kekayaan terbesar milik Low Tuck Kwong tidak lain adalah perusahaan tambang yang ia dirikan pada 1973 silam, yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Sama halnya dengan Boy Thohir, Low Tuck Kwong juga tercatat sebagai pemilik sekaligus pimpinan dalam perusahaan dengan jabatan sebagai direktur utama. 

Bergerak di bawah komando Low Tuck Kwong, BYAN membukukan laba bersih sebesar US$69,23 juta atau setara Rp1,03 triliun pada paruh pertama tahun 2020. Keuntungan tersebut merosot 61,2% dari tahun sebelumnya yang mencapai US$178,71 juta atau setara Rp2,67 triliun. Tergerusnya laba itu kompak dengan pendapatan BYAN yang juga amblas akibat pandemi Covid-19.

Dilansir dari laporan keuangan perusahaan, BYAN mengantongi pendapatan sebesar US$695,72 juta pada semester I 2020, turun 18,96% dari semester I 2019 yang saat itu menembus US$858,57 juta. Kontributor pendapatan terbesar masih bersumber dari bisnis batu bara, yakni mencapai US$692,03 juta pada H120. Itu pun kontribusinya jauh menurun dari tahun 2019 yang mencapai US$849,94 juta. Bersamaan dengan itu, pendapatan dari binis nonbatu bara kontribusinya juga turun dari US$8,64 juta menjadi hanya US$3,69 juta.

Kinerja keuangan BYAN kian berat tatkala terjadi pembengkakan di hampir semua pos beban. Beban keuangan menjadi yang paling signifikan, yakni naik dari US$3,45 juta pada 2019 menjadi US$17,33 juta pada 2020. Beban umum dan administrasi tercatat naik dari US$13,68 juta menjadi US$14,25 juta. 

Pada saat bersamaan, BYAN berhasil menekan beban pokok penjualan dari yang sebelumnya US$510,63 juta menjadi US$505,01 juta. Begitu pula dengan beban penjualan yang angkanya ditekan dari US$91,75 juta menjadi US$71,61 juta.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: