Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

RI Njeblos ke Jurang Resesi, Obatnya Cuma Ini, Iya... Cuma Ini...

RI Njeblos ke Jurang Resesi, Obatnya Cuma Ini, Iya... Cuma Ini... Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kontraksi ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 diperkirakan masih akan negatif. Hal ini membuat Indonesia sudah dipastikan akan masuk jurang resesi setelah kuartal II pertumbuhan ekonomi -5,32 persen.

Baca Juga: Indonesia Resesi, So What? Sebab di Asia & Dunia, Rupiah Paling Kuat!

Vice President Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, ke depannya perekonomian Indonesia akan bergantung pada penemuan vaksin dan bagaimana pemerintah dapat menyediakannya bagi masyarakat. Hal ini disebabkan apabila belum ada vaksin, maka perilaku konsumsi masyarakat belum akan pulih ke kondisi sebelum pandemi Covid-19, yang kemudian akan menghambat pemulihan perekonomian.

"Saat ini, salah satu skenario terbaik adalah ditemukannya vaksin yang efektif sebelum 2020 berakhir sehingga pengadaan dan distribusi vaksin dapat terimplementasi pada kuartal I-2021, yang kemudian akan mendorong pemulihan ekonomi di kuartal II-2021, dengan asumsi vaksin dapat terdistribusi merata di daerah-daerah prioritas. Dengan skenario ini, konsolidasi pemulihan perekonomian dapat mulai terjadi pada 2021-2022," ujar Josua saat dihubungi MNC Portal, di Jakarta,Sabtu (3/10/2020). Baca Juga: KOL Stories: Mengatur Keuangan Keluarga Baru di Tengah Resesi

Di sisi lain, salah satu skenario terburuk adalah belum adanya vaksin hingga tahun 2021. Josua menyebut, skenario ini akan mengakibatkan pemulihan perekonomian yakni pertumbuhan ekonomi akan kembali pada trajectory awal di mana pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen baru akan tercapai di tahun 2023-2024.

"Oleh karena itu, demi menggerakkan kembali perekonomian Indonesia, selain program perlindungan sosial yang bersifat jangka pendek, pemerintah perlu sedari awal memikirkan jalur logistik untuk distribusi vaksin, sehingga ketika nantinya vaksin sudah didapat, masyarakat yang membutuhkan akan mampu mendapat layanan, yang kemudian akan mendorong confidence dari masyarakat untuk beraktivitas secara normal kembali," kata dia.

Selain itu, dalam rangka mendorong motor penggerak perekonomian yakni investasi, pemerintah juga perlu mendukung pemulihan optimisme dari pelaku usaha secara khusus mendorong keberlangsungan usaha sektor riil. "Apalagi mempertimbangkan realisasi anggaran PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) untuk pembiayaan korporasi yang belum ada perkembangan yang signifikan," ucap Josua.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: