Menjadi petani di zaman sekarang tidaklah mudah, apalagi di usia muda. Sebab, tantangannya banyak sekali seperti dengan lingkungan dan teman sepergaulan. Tetapi, hal ini tidak berlaku bagi Rayndra Syahdan Mahmudin.
Milenial berusia 24 tahun ini mulai memupuk minat terhadap dunia pertanian sejak ia menempuh pendidikan menengah jurusan pertanian di SMKN Ngablak Magelang, Jawa Tengah. Tekadnya hanya satu;menjadi pengusaha sukses di bidang pertanian.
Rayndra pun memulai dengan berjualan beragam sayur-mayur produksi gurunya di SMK. "Saya sering jualan sayuran di acara car free day di mana teman-teman pada mejeng, saya pede saja jualan," ujar Rayndra bangga.
Baca Juga: Jawab Tantangan Pembelajaran Online, Kementan Gandeng Universitas Terbuka
Kegigihan Rayndra pun tak sia-sia, ia mendapatkan beasiswa kuliah di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) yang ada di bawah naungan Kementerian Pertanian (Kementan).
Saat kuliah, Rayndra tetap berwirausaha. Dia menjadi belantik atau penjual hewan ternak milik tetangganya. Tanpa modal, Rayndra menawarkan kambing dan ayam para tetangga kepada pembeli.
Melihat tekad dan usaha Rayndra untuk menjadi pengusaha dibidang pertanian, Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) memberikan bantuan dana melalui program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP).
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan, PWMP merupakan salah satu program Kementan dalam upaya mendorong regenerasi petani.
"Melalui PWMP kita dorong generasi milenial untuk menjadi inovator, penggerak, pengagas, dan pencipta gagasan besar di berbagai dimensi ruang dan waktu kehidupan, tak terkecuali sektor pertanian yang sangat menjanjikan," tegas Dedi.
Di 2016 dengan modal sebesar Rp15 juta, Rayndra bersama kedua rekannya, Faizal Bayu Kusworo dan Ismi Nur Aini Zuliyanti, merintis usaha dengan nama Cipta Visi Group yang fokus pada peternakan ayam jawa super, persilangan ayam petelur dan ayam bangkok.
"Alhamdulillah peternakan ayam menguntungkan, sisa keuntungannya kami gunakan untuk melebarkan sayap usaha ke peternakan kambing. Kami juga mendapatkan tambahan modal dari pinjaman bank Rp50 juta. Tak hanya itu, pada 2018 kami mendapatkan suntikan dana dari PWMP lagi sebesar Rp30 juta," papar Rayndra.
Kini Cipta Visi Group telah memiliki 700 kambing dan 20 sapi. Kandang tersebar di Desa Sidorejo, Desa Ngadirejo, dan Desa Pangarengan. Ada juga penggilingan pencacah sampah plastik dengan kapaitas 5 ton per minggu. Bila ditotal, aset perusahaan tiga milenial ini mencapai kisaran Rp3 miliar.
Sebagai generasi milenial yang melek internet, Rayndra pun lihai memanfaatkan kecanggihan teknologi, ia terbiasa presentasi secara daring. Ketiga milenial ini mampu menarik investor dengan konsep beternak kambing, domba, dan sapi yang minim modal dan pertanian terintegrasi dengan sentuhan inovasi dan teknologi.
Hal ini terbukti dengan adanya investor dari Papua yang belum pernah bertemu dengan Rayndra, tetapi memercayakan modal Rp100 juta. Rayndra juga sering berbagi ilmu jadi wirausaha pertanian di channel Youtube Cs Sapi.
Untuk mengajak generasi muda seusianya mau terjun ke sektor pertanian, Rayndra membuat kandang hewan ternaknya secara sederhana. Terkadang kayu bekas atau bahan murah dipakai untuk membuat kandang atau keperluan lainnya.
"Saya buat kandang sederhana, supaya bisa ditiru. Kalau investasi awal sudah tinggi, nanti orang tidak tertarik. Yang penting tujuan dan manfaatnya sama. Yang pasti, manajemennya yang butuh diajarkan. Untuk pakan kami mengolah pohon jagung yang tidak dimanfaatkan untuk pakan dengan cara difermentasi. Alhasil, kotoran hewan tidak bau. Lingkungan kandang pun tidak jorok. Bahkan, kotoran hewan bisa langsung dimanfaatkan untuk pupuk," jelas Rayndra yang sedang melanjutka pendidikan S-2 di UPN Veteran Yogyakarta.
Tak ingin kesuksesan hanya menjadi miliknya, Rayndra pun sering turun ke desa-desa untuk memberi pelatihan bertani dan beternak sederhana guna menambah pendapatan keluarga. Dia mengajak kaum milenial, mulai dari duta bahasa, duta pariwisata di Kabupaten Magelang untuk terlibat menjadi bagian PKK Milenial dan ikut memberdayakan masyarakat.
Rayndra mengatakan dirinya mengajak kaum muda kembali ke usaha pertanian, yang identik dengan desa. Sebab, omzet di sektor pertanian dan peternakan besar, bisa Rp100-Rp250 juta per bulan karena tidak banyak orang yang melirik usaha ini. Ia pun bersedia membimbing dan membantu modal anak muda yang punya proposal bagus di bisnis pertanian.
"Anak muda masih malu berusaha di sektor pertanian dan peternakan. Petani di bawah 25 tahun di desa-desa semakin jarang dan ini krisis. Saya sudah membuktikan dari pertanian saya bisa menjadi wirausaha sukses," tegas Rayndra.
Saat ini, Rayndra dan kedua rekannya sedang fokus membuat rumah akikah yang dipadukan dengan coffee shop agar pembeli merasa nyaman saat memilih hewan kurban. Selain itu, dia juga sibuk menyiapkan inkubasi bisnis pertanian di kawasan Secang, yang akan dimanfaatkan untuk pembelajaran kewirausahaan bagi masyarakat segala usia.
Kesuksesan Rayndra merupakan bukti nyata ungkapan Menteri Pertanian SYL bahwa pertanian di seluruh dunia menghadapi permasalahan yang sama, yaitu semakin kurangnya petani muda yang mau turun di sektor pertanian.
"Dengan kemudahan teknologi dan daya kreativitas yang tinggi dari generasi milenial, peluang menjadi wirausaha sektor pertanian terbuka lebar. Pertanian merupakan sektor yang tidak akan pernah mati. Jangan ragu dan jangan malu menjadi petani, pertanian ini keren dan menghasilkan," tegas Mentan SYL.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti