Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nasib Perusahaan Milik Konglomerat Sri Prakash Lohia, Miliarder ke-4 RI: Indorama Synthetics

Nasib Perusahaan Milik Konglomerat Sri Prakash Lohia, Miliarder ke-4 RI: Indorama Synthetics Kredit Foto: Alchetron

Indorama Synthetics

Kinerja keuangan PT Indorama Synthetics Tbk (INDR) sepanjang semester pertama tahun 2020 tertekan oleh pandemi Covid-19. Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, per Juni 2020 Indorama mengantongi laba bersih sebesar US$1,09 juta. Capaian tersebut merosot 96,9% dari semester I 2019 yang kala itu menembus Rp35,28 juta.

Baca Juga: Bea Cukai-TNI AD Gagalkan Penyelundupan Tekstil Senilai Rp13,6 M

Penurunan laba tersebut terimbas dari pendapatan Indorama yang terkoreksi 28,44% secara tahunan. Jika pada Juni 2019 pendapatan Indorama mencapai US$398,51 juta, angkanya menjadi US$285,18 pada Juni 2020. Pasar ekspor masih mendominasi pendapatan perusahaan, yakni sebesar US$178,86 juta, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai US$273,23 juta. 

Begitu pun dengan pasar lokal, di mana kontribusi terhadap pendapatan turun dari US$126,78 juta menjadi US$107,27 juta pada paruh pertama tahun ini. Pada saat yang bersamaan, Indorama mencatat perbaikan untuk beban pokok pendapatan dari yang sebelumnya US$375,58 juta menjadi hanya US$272,76 juta.

Sejumlah pos beban lainnya juga ikut membaik pada paruh pertama tahun 2020 ini. Indorama menekan beban penjualan dari US$3,76 juta menjadi US$3,40 juta, beban umum dan administrasi turun dari US$8,49 juta menjadi US$7,19 juta, serta beban keuangan turun dari US$6,42 juta menjadi US$5,04 juta. 

Namun, anjloknya laba secara signifikan itu salah satunya dipengaruhi oleh pencatatan keuntungan atas pelepasan entitas asosiasi yang didapat, di mana tahun lalu Indorama mengantongi dana hingga US$30,01 juta, sedangkan tahun ini nihil.

Direktur Utama Indorama, Vishnu Swaroop Baldwa, beberapa waktu lalu sempat mengatakan bahwa kinerja keuangan yang kurang maksimal juga terpengaruh oleh kondisi pasar yang lesu, terutama pada periode APril hingga Juni 2020. Ia mengungkapkan, selama periode tersebut, utilitasi pabrik Indorama di Indonesia menurun hingga 50%. 

"Selain itu, utilitasi pabrik kami yang berlokasi di Indonesia turun hingga 50%. Hingga akhir tahun nanti, kami proyeksi penjualan pada tahu ini akan lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya," pungkasnya dalam kesempatan paparan publik September 2020 lalu.

Meskipun demikian, Baldwa menilai bahwa memasuki semester kedua tahun ini, kondisi pasar lokal dan ekspor sudah mulai membaik. Optimis perusahaan akan mampu mencetak kinerja semester kedua yang lebih baik daripada semester pertama, Baldwa mengatakan pasar eskpor masih akan menjadi yang paling mendominasi terhadap pendapatan perusahaan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: