KOL Stories x Hendy Setiono: Rahasia Sukses Bisnis Kuliner di Kala Pandemi
Anda sangat populer sebagai pengusaha sukses dengan strategi franchise, apa kunci sukses agar bisnis waralaba bisa berhasil?
Saya mengalami masa membangun brand dan bisnis sendiri. Dan saya juga mengalami fase di mana saya menjalani bisnis secara kolaborasi. Ada quote yang mengatakan If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together. Nah spirit itu saya pahami yang kemudian kita menciptakan sebuah tagline baru kepada tim bernama goalaboration. Ini gabungan kata-kata goal, collaborate, dan action.
Bayangkan, kita menanamkan visi ini kepada tim mindset-nya sudah berubah. Yang awalnya mereka bekerja itu dengan kekuatan sendiri, sekarang mereka memahami bahwa dengan open minded, dengan menerima kehadiran partner lain, justru bisa lebih maju dan berkembang luar biasa. Ini satu mindset yang perlu ditanamkan.
Kedua adalah bahwa di saat kita mau berkembang dengan sistem franchise contohnya, ini adalah unsur kebermanfaatan kemitraan yang kemudian menjadi nilai tambah. Bayangkan, dengan sistem franchise, mencetak tidak hanya lapangan kerja baru tapi mencetak pengusaha baru.
Ketiga bukan hanya brand dan sistemya saja yang diduplikasi tapi menurut saya ini adalah satu dari delapan keajaiban dunia. Kenapa? Karena ini bisa mereplikasi sebuah bisnis model yang awalnya kecil kemudian dengan satu strategi dan sistem tertentu bisa di-multiply menjadi ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu cabang seperti brand-brand yang ada di luar negeri.
Ini jika tepat pengelolaannya maka akan menjadi satu mata rantai yang sangat memberi manfaat buat perekonomian negara baik membuka lapangan pekerjaan maupun mencetak pengusaha-pengusaha baru di bawah jaringan franchise masing-masing brand tersebut.
Apa tips bagi para pengusaha pemula yang ingin memulai bisnis kuliner di kala pandemi?
Ini bukan kondisi yang mudah, tapi coba kita kilas balik ke kondisi 98. Banyak teman kita pada saat itu yang juga terkena PHK. Lalu, justru karena di-PHK dan kepepet maka akhirnya menjadi pengusaha sukses. Seperti Mas Sandiaga Uno yang terlahir dari krisis 98 dan sekarang menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Ternyata apa? Di balik kondisi yang tidak beruntung terkadang muncul kesempatan baru yang sebelumnya tidak bisa kita lakukan. Ketika di-PHK maka waktu lebih luang. Balik ke dapur mencoba-coba bereksperimen untuk memasak, mencoba dijual secara online lewat media sosial, dijual lewat aplikasi delivery online. Dan ternyata laku, ternyata bisa jadi kesempatan baru.
Saya pun juga merasa terpanggil dengan kondisi yang seperti ini akhirnya mulai berpikir untuk menciptakan suatu bisnis yang bisa menyerap lapangan kerja. Contohnya, bisnis baru yang kita launching Nyapii, kemudian bisnis baru Jus 'n Shake ternyata mendapat respons yang bagus.
Begitu cabang pertama kita launch dalam periode waktu beberapa bulan saja saat ini kita yang sudah inquiry list untuk membuka cabang Nyapii sudah 52 cabang sehingga ini suatu hal yang membuka mata bahwa dalam kondisi pandemi ternyata tetap ada peluang.
Di balik krisis ternyata ada peluang selama kita jeli membaca kesempatan bahwa konsumen tetap butuh makan, kebutuhan harian kuliner bahwa orang tetap butuh interaksi walaupun bukan di tempat keramaian. Mungkin hanya di tempat yang berupa stand alone. Nah, dengan satu cabang kita bisa buka lapangan kerja 5-8 orang. Begitu buka beberapa cabang bayangkan berapa tenaga kerja kembali yang bisa direkrut yang telah kena PHK.
Lantas, apa tips bagi para pengusaha eksisting agar bisnis kuliner bisa terus berkembang di tengah pandemi?
Jadi, agar bisnis kuliner tetap bisa berjalan tentu surviving skill dibutuhkan. Jadi, kondisi memang tidak sedang menguntungkan untuk teman-teman yang mungkin berbisnis di mal, yang dine in, dan bisnis yang beroperasi malam hari.
Seperti saya ada store yang beroperasi 24 jam akibat PSBB maka tidak boleh lagi buka kebab 24 jam karena dibatasi jam operasionalnya. Itu sangat berpengaruh sehingga mau tidak mau kita harus lebih kreatif. Yang sebelumnya mengandalkan trafik nongkrong convert jadi trafik online. Yang sebelumnya andalkan trafik mal maka mau tidak mau sekarang menjadi trafik cloud kitchen.
Bahkan, banyak kita lihat yang berjualan door to door. Dan sekarang konsumen maunya cari harga corona, harga promo. Sekarang jualan harga mahal sedikit, tidak ada yang beli.
Jadi, jualan sesuai market atau kantong sekarang. Mau tidak mau sekarang kita ikat pinggang saja, mengedepankan kebutuhan daripada keinginan. Kemudian sesuaikan keadaan dan melihat kondisi sekitar. Terkadang, melatih kita untuk lebih empati.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: