"Saat saya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), diputuskan bahwa Danjen Kopassus yang baru menggantikan Prabowo adalah Brigjen Suwisma. Namun, keputusan itu tidak bisa dilakukan, karena Prabowo menghadap langsung ke Presiden Soeharto dan meminta agar pengangkatan Suwisma dibatalkan," tulis Wiranto dalam bukunya.
"Prabowo secara pribadi meminta Mayjen Muchdi, yang saat itu adalah Panglima TNI di Kalimantan. Saya tentu sangat kecewa dengan manuver seperti itu. Jadi, saya menceritakan kepada Presiden Soeharto kisah sebenarnya. Saya juga mengatakan, saya akan bertanggung jawab atas keputusan tersebut," lanjut Wiranto.
Baca Juga: Ekonomi hingga Politik Rezim Jokowi Ambyar, Elite PKS Bawa-bawa Nama Rizieq sampai Gatot
Wiranto sadar jika ia kalah cepat. Sebab, Panglima ABRI saat itu, Jenderal TNI Feisal Tanjung keburu menandatanani surat keputusan pengangkatan Muchdi sebagai Danjen Kopassus.
"Namun, belakangan saya tahu bahwa saya terlambat. Karena, Panglima ABRI, Jenderal Feisal Tanjung telah menandatangani keputusan yang melewati saya sebagai Panglima Angkatan Darat. Dengan alasan, Presiden menginginkan tujuan itu," catat Wiranto.
Muchdi sendiri hanya menduduki posisi sebagai Danjen Kopassus kurang dari satu bulan. Posisinya kemudian digantikan oleh Mayjen TNI Syahrir MS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: