Para sarjana Universitas al-Azhar menyebut pernyataan Macron bertentangan dengan esensi Islam yang sebenarnya.
Di hari yang sama, Kementerian Luar Negeri Yordania mengatakan, pihaknya mengutuk segala bentuk publikasi karikatur Nabi Muhammad dengan dalih kebebasan berekspresi dan upaya diskriminatif dan menyesatkan yang berusaha menghubungkan Islam dengan terorisme.
Partai oposisi Front Aksi Islam Yordania juga meminta presiden Prancis untuk meminta maaf atas komentarnya dan mendesak warga kerajaan untuk memboikot barang-barang Prancis.
Boikot tersebut sudah berlangsung di Kuwait dan Qatar. Beberapa postingan di media sosial menunjukkan para pekerja mengeluarkan keju olahan Kiri dan Babybel Prancis dari rak supermarket di Kuwait. Pekan Budaya Prancis yang merupakan acara tahunan Prancis-Qatar, juga dikabarkan akan ditunda tanpa batas waktu.
Di Doha, para pekerja di jaringan supermarket Al Meera mulai mengeluarkan selai St Dalfour buatan Prancis dan ragi Saf-Instant dari rak mereka. Al Meera bersaing dengan jaringan supermarket Prancis, Monoprix dan Carrefour, untuk mendapatkan pangsa pasar di sektor grosir Qatar yang menguntungkan.
Al Meera dan operator grosir lainnya, Souq Al Baladi, merilis pernyataan pada Jumat malam, mengatakan bahwa mereka akan menarik produk Prancis dari toko sampai pemberitahuan lebih lanjut. Mereka juga menyebut komentar Macron sebagai pemicu tindakan pemboikotan mereka.
Nayef Falah Mubarak Al-Hajraf, sekretaris jenderal Dewan Kerja Sama Teluk menyebut bahwa kata-kata Macron tidak bertanggung jawab dan dapat meningkatkan penyebaran budaya kebencian. Melalui Twitter resminya, Universitas Qatar juga menyinggung penyalahgunaan yang disengaja terhadap Islam dan simbol-simbolnya.
Pada Rabu (21/10/2020), Macron menuduh Muslim melakukan separatisme dan bersumpah tak akan melarang tindakan penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad seperti yang dilakukan majalah Charlie Hebdo.
Komentar ini muncul sebagai tanggapan atas pemenggalan Samuel Paty, seorang guru berusia 47 tahun yang diserang dalam perjalanan pulang dari sekolah menengah pertama tempat dia mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, 40 kilometer barat laut Paris.
Guru itu dibunuh oleh seorang ekstremis Muslim yang keberatan atas tindakan guru tersebut menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: