Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mimpi Murdaya Poo Bangun Raksasa MICE di Indonesia

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta-Bisnis MICE menjanjikan di Indonesia. Peluang ini menjadi sasaran pebisnis Murdaya Poo untuk ekspansi perusahaannya. Berapa investasi yang telah disiapkan?

Indonesia banyak disambangi oleh wisatawan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kedatangan wisatawan ke Indonesia melalui pintu masuk di berbagai daerah di Indonesia sebanyak 753.079 pada Januari 2014. Jumlah ini hanya salah satu potensi yang menjadi incaran bisnis meeting, incentive, conference, exhibition (MICE). Masih banyak lagi, potensi-potensi lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan industri MICE di Indonesia.

Berbagai pertemuan akbar berskala internasional tak jarang digelar di Indonesia. Tahun lalu saja, pertemuan besar World Trade Organization (WTO) berlangsung di Indonesia. Belum termasuk perhelatan-perhelatan skala nasional yang kerap dilakukan di berbagai daerah di Indonesia.

Memang bisnis MICE masih berumur muda di Indonesia. Pertumbuhan bisnis yang positif masih terbentang dalam bisnis ini. Namun, jangan lengah. Menurut Ketua Umum DPP Indonesua Congress and Convention Association (INCCA), Iqbal Alan Abdullah, pariwisata dan MICE menciptakan peningkatan PDB (produk domestik bruto) di dunia. Saat sektor lain mengalami penurunan, justru MICE mengalami pertumbuhan. Tercatat pertumbuhan sebesar 5 persen pada tahun 2012.

Salah satu pemain MICE, Murdaya Poo lebih ekstrim lagi melihat pertumbuhan MICE di Indonesia. “Pertumbuhan MICE sebesar 20%-25% di Indonesia,” kata Murdaya saat bertemu dengan sejumlah Pemimpin Redaksi Media, Maret lalu. Bahkan semangat optimistis menyala, saat suami Hartati Murdaya ini menyebutkan bahwa Indonesia sebagai salah satu yang memiliki potensi besar di Asia. Cina, India dan Indonesia miliki potensi bisnis MICE yang besar. Dan India, menurutnya lebih lemah dari Indonesia. Namun, Indonesia masih di bawah Cina.

Murdaya mengajak berpikir panjang untuk menggerakkan bisnis MICE di Indonesia. Ia mengajak untuk membangun bisnis MICE berkelas dunia. Bukan hal yang mustahil menurutnya. Asalkan pemerintah juga mengumandangkan bahwa bisnis ini dapat menggerakkan perekonomian nasional. Namun, ia mencatatkan bahwa posisi Indonesia di Asia agak diujung. berbeda dengan Dubai, Thailand atau Singapura. “Oleh karena itu, kita harus bangun yang besar dalam jangka panjang,” tandasnya.

Semangat ini sejalan dengan rencananya Jakarta International Expo (JIExpo) akan membangun bisnis MICE secara terpadu. “Total investasi, termasuk infrastruktur, sebesar Rp50 triliun,” kata Murdaya. Investasi sebesar itu akan siap menyaingi tempat music show di Belanda, dengan kapasitas 17 ribu orang, tegasnya.

Murdaya menceritakan pembangunan tersebut akan lebih bagus dari music show tersebut.   “Nanti setelah saya bangun JIExpo, Jakarta Fair akan dibaguskan,” kata pentolan Berca Grup ini. Pembangunan akan berlangsung selama 10 tahun, adapun hall-nya akan selesai tahun 2015.

Pembangunan JI Expo secara terpadu ini sudah mulai berjalan. Murdaya mengklaim pembangunan yang dilakukan tersebut termasuk pembangunan transportasi. Pekerjaan seperti ini harusnya dikerjakan oleh pemerintah. Begitulan Murdaya sedikit menyentil peran pemerintah untuk mendukung industri ini.

Industri yang baru tumbuh tujuh tahun belakangan ini masih perlu dukungan yang kuat dari regulator. Pemerintah harusnya dapat melihat efek pengganda dari bisnis ini. Bayangkan saja, pagelaran Miss World maupun pertemuan WTO tahun lalu di Bali telah mendatangkan ratusan orang dari berbagai dunia. Tak hanya efek sesaat, tapi kedatangan mereka ke Indonesia akan menjadi media pengabar ke lingkungan mereka berada. Paling tidak, dukungan para pejabat negara bisa dalam bentuk kehadiran mereka di acara-acara berbau MICE.

Dalam kacamata pemerintah, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan para pemain. Dalam upayanya memberikan dukungan kepada bisnis ini, pemerintah telah menetapkan 10 kota utama dan 3 kota potensial tujuan MICE di Indonesia. Sepuluh kota utama tersebut adalah Medan, Padang/ Bukit Tinggi, Batam, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makasar dan Manado. Adapun tiga kota potensial adalah Palembang, Lombok dan Balikpapan.

Pertumbuhan masing-masing kota tersebut memang belum merata. Jakarta dan Bali masih menjadi kota yang paling banyak kegiatan yang berhubungan dengan bisnis MICE. Namun, melihat geliatnya cukup menyenangkan. Apalagi bila melihat umur bisnis MICE yang masih kanak-kanak, sekitar 7 tahun belakangan berkembang.

Murdaya kembali mengajak untuk buahkan masa depan industri MICE yang lebih baik. Menurutnya, tidak ada kata terlambat. Kalaupun negara-negara lain telah miliki industri MICE yang lebih matang, bukan berarti industri MICE di Indonesia tidak dapat mengejar. Berpikir quantum telah membawanya ke prestasi bisnis MICE-nya saat ini. “Jangan pernah merasa terlambat. Saya tidak pernah berpikir punya tanah di Thamrin- Sudirman (Jl MH Thamrin-Jl Sudirman) pada 1993-1994. Sewaktu krisis, saya bidding di BPPN,” cerita Murdaya.

Menjadi pemain di negeri sendiri alangkah indahnya, bila dibandingkan hanya menjadi penonton. Kesempatan-kesempatan yang terbuka untuk bisnis MICE tidak dapat dilepaskan begitu saja. Bila lengah, pemain lain siap menggarapnya. Murdaya kembali mengingatkan bisnis ini adalah bisnis yang menjanjikan. Bahkan pemain bisnis event organizer (EO) dari luar negeri telah mengintip Indonesia. “Tahun depan akan banyak EO masuk Indonesia,” katanya.

Sumber: Majalah Warta Ekonomi No 9/2014

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Arif Hatta

Advertisement

Bagikan Artikel: