Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Resesi Tak Selamanya Berujung Krisis

Resesi Tak Selamanya Berujung Krisis Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Nilai tukar rupiah diperkirakan bakal melanjutkan tren penguatan di pekan kedua di Juni 2020 dimana pada penutupan Jumat (5/6), rupiah terapresiasi 1,56 persen atau 218 poin ke level Rp13.878 per dolar AS. | Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menilai, krisis ekonomivyang terjadi saat ini berbeda dengan tahun 1998. Menurutnya, resesi yang terjadi saat ini belum tentu berujung krisis.

"Resesi itu biasanya mendahului krisis, tetapi tidak selamanya resesi itu akhirnya akan berujung krisis," katanya dalam polemik MNC Trijaya FM bertajuk Efek Resesi di Tengah Pandemi, Sabtu (7/11/2020).

Ia menjelaskan, saat 1998 fundamental ekonomi Indonesia masih sangat lemah. Sehingga saat itu ekonomi RI terkontraksi sampai minus 13 persen.

Baca Juga: Tolong, Indonesia Resesi! Orang Kaya Pliss Banyakin Konsumsi

"Tahun 1998 itu banyak sekali bobroknya perekonomian kita sangat rapuh pada saat itu. Kenapa? Karena dari sisi makro prudensial, dari sisi penjagaan sektor moneter, dari sisi keleluasaan dan kapasitas fiskal kita itu sangat terbatas," jelasnya.

Hal itu berbeda dengan krisis saat ini, sebab faktor penyebabnya juga jauh berbeda karena saat ini disebabkan oleh Pandemi Covid-19. Namun, secara fundamental ekonomi RI sudah kuat.

"Memasuki tahun 2020 angka PMI kita Januari-Februari itu sudah diatas 51 persen. Itu artinya industri kita sudah masuk wilayah ekspansi. Tetapi harus jatuh di bulan ketiga yang memang ini adalah exogenous shock," tandas Faisal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: