Pemerintah Diminta Rekonsiliasi dengan Habib Rizieq, Eits Syaratnya Harus Akui...
Sebelumnya, Prof Jimly merasa harus ada penyelesaian tentang polarisasi politik pascapilpres dan pascapilgub yang belum selesai.
“Ini juga dialami sekarang di politik rasialis, politik identitas, ini kan di mana-mana terjadi di seluruh dunia sekarang. Termasuk di Amerika. Kalau dua kubu di Amerika kan sudah biasa, sudah dua abad, tetapi sekarang diwarnai oleh rasial, SARA, dan sudah menimbulkan korban, Floyd (George Floyd-red) di Amerika, dahsyat itu,” ujar Prof Jimly, seperti dilansir, jpnn.com.
Kondisinya saat ini di Indonesia kurang lebih sama, tapi bedanya, lanjut Prof Jimly, di Amerika persoalan ini cepat selesai, karena, baik dan sebelum dilantik jadi presiden (pemenang Pilpres Joe Biden) sudah mengumumkan dia akan bekerja sebagai presiden, bukan presiden Blue States ataupun Red States (pendukung Demokrat dan Republik-red), tetapi dia United States.
“Maka dia bekerja untuk unifying -menyatukan, dan healing -menyembuhkan. Kan itu dia bilang. Memang, saya khawatir kalau kita tidak segera menyelesaikan masalah yang berlarut-larut yang tercermin dari adanya gerakan Habib Rizieq ini. Habib Rizieq ini kan sudah bertahun-tahun ini enggak selesai-selesai masalahnya kan. Nah, misalnya begitu, saya cuma membandingkan saja, dalam dua, tiga tahun ke depan Amerika selesai (masalah politik identitasnya-red), kita belum juga selesai, padahal kan sudah bertahun-tahun. Ini kan bikin malu. Itu saja,” kata Prof Jimly.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil