Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bilang Jakarta Amburadul, Bu Megawati Ditantang Tunjuk Jagoan Lawan Anies

Bilang Jakarta Amburadul, Bu Megawati Ditantang Tunjuk Jagoan Lawan Anies Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Aktivis sosial Geisz Chalifah merespons pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyebut Jakarta semakin amburadul.

Menurutnya, indikator amburadul yang dilontarkan Megawati tidak relevan. Ia menilai, indikator yang tepat untuk memberi penilaian adalah warga yang dipimpin. Apakah mereka merasa gubernur yang bersangkutan sudah melaksanakan janji kampanye atau belum.

Baca Juga: Megawati Sebut Jakarta Amburadul, Gerindra Beri Tanggapan

"Bicara amburadul itu kan harus ada indikatornya. Indikatornya itu tidak bisa ditarik dari penelitian. Saya pikir (pernyataan Megawati) tidak punya relevansi," katanya, dalam acara dua sisi yang disiarkan TVOne, Kamis (12/11/2020) malam.

Lanjutnya, ia mengatakan ketimbang meributkan hal tersebut. Ia menantang PDIP untuk berani mengadakan pilkada di tahun 2022. Sambungnya, dengan pilkada di tahun 2022, ia menilai calon dari PDI Perjuangan bisa dihadapkan dengan Anies Baswedan sebagai petahanan.

"Lakukan saja Pilkada 2022. Taruh kader PDIP di Jakarta. Hadapi dengan gubernur yang sekarang," tantangnya.

Baca Juga: Megawati Serang Milenial, Mengarah ke Stafsus Presiden?

"Nanti warga yang akan menilai siapa yang layak jadi pemimpin selanjutnya. Enggak usah ditunda pilkadanya jadi 2024," sambung dia.

Untuk diketahui, Megawati mengatakan kondisi Jakarta amburadul. Menurutnya, kondisi Ibu Kota negara saat ini berbeda saat ia dan keluarga awal pindah ke Jakarta dari Yogyakarta di era 1950-an.

Dia bilang demikian karena Jakarta tidak berhasil meraih penghargaan city of intellect atau kota intelektual. Penghargaan kota intelektual merujuk riset yang dipimpin Ketua Senat dan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Hafid Abbas.

Baca Juga: Megawati Sebut Jakarta 1950 Indah, Saksi Hidup Jakarta Bantah: Banyak 'Keong'

Sementara itu, predikat penghargaan tersebut diraih Kota Semarang, Solo, dan Surabaya. Megawati pun membanggakan tiga kota tersebut yang dipimpin kader PDIP selaku wali kota.

"Terima kasih yang jadi peringkat kesatu, kedua, dan ketiga, Semarang, Solo, Surabaya. Itu adalah anak-anak dari partai saya," kata Megawati dalam acara Dialog Kebangsaan Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial secara virtual, Selasa (10/11/2020).

Megawati pun menceritakan istilah kota ilmu pengetahuan itu diingatnya dicetuskan oleh ayahnya yang tak lain sang proklamator Presiden pertama RI, Soekarno atau Bung Karno. Saat itu, Bung Karno pertama kali memberikan predikat 'Kota Mahasiswa' saat menandatangani prasasti gedung UNJ pada 1953.

Terkait itu, ia mengaku memang menitipkan pesan kepada kader PDIP yang menjadi kepala daerah agar menjadikan suatu kota sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban sebuah bangsa.

"Saya bila ke Hendi ketika saya rekomendasi, tugasmu cuma satu, bikin Kota Semarang jadi bagus," ujar Presiden kelima RI tersebut.

Baca Juga: Jarang Nongol, Sekalinya Nongol Eh Megawati Bikin Heboh

"Sama juga sama Rudy di Solo. Saya tugasi, tolong bikin rakyat di Solo nyaman. Saya dengar universitas di sana ini juga buka bagian boga. Bayangkan Kota Solo itu makanannya enak-enak. Saya pernah diajak kawan saya, mau salat Subuh, kembali salat Subuh lagi, untuk wisata kuliner, rasanya enak dan murah meriah," lanjut Megawati.

Adapun penghargaan kota intelektual berdasarkan riset oleh tim yang dipimpin Ketua Senat dan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Hafid Abbas. Ia pun menyayangkan, UNJ yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta, belum masuk kategori City of Intellect. Padahal, pencanangan status tersebut atau prasasti pertama kali ada justru berada di sana.

"Jadi, para akademisi, saya mohon sangat, secara akademis kita melihat kita ini tujuannya mau ke mana," ujar Megawati.

Dia pun membandingkan kondisi Jakarta saat ini yang amburadul. Berbeda saat ia awal pindah ke Jakarta dari Yogyakarta pada 1950.

"Karena saya juga saksi hidup di Jakarta ini, tetapi sekarang Jakarta ini jadi amburadul. Karena apa? Seharusnya jadi City of Intellect bisa dilakukan. Tata kota, masterplan-nya, siapa yang buat? Tentu akademisi, insinyur, dan sebagainya," tutur Megawati.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: