Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dekan Sekolah Vokasi IPB Bicara Pentingnya Jaga Ketahanan Pangan di Masa Pandemi Covid-19

Dekan Sekolah Vokasi IPB Bicara Pentingnya Jaga Ketahanan Pangan di Masa Pandemi Covid-19 PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) terus meningkatkan pencapaian 5 Prioritas Kementerian BUMN yang telah dicanangkan Menteri BUMN Erick Thohir di awal kepemimpinannya. | Kredit Foto: RNI

Sistem Pangan 2021 harus bisa menyelesaikan permasalahan saat ini dan harus menawarkan titik balik dalam upaya untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah cetak biru untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan untuk semua.

Analisis komparatif yang menarik tentang penilaian kinerja Ketahanan Pangan dapat dilakukan melalui Indeks Ketahanan Pangan Global yang inovatif, yang dikembangkan oleh The EIU. Indeks ini mempertimbangkan masalah inti dari keterjangkauan, ketersediaan, dan kualitas di 113 negara.

Indeks ini adalah model pembandingan kuantitatif dan kualitatif yang dinamis, yang disusun dari 34 indikator unik, yang mengukur pendorong ketahanan pangan ini di negara berkembang dan negara maju. Indeks ini adalah yang pertama untuk memeriksa ketahanan pangan secara komprehensif di tiga dimensi yang ditetapkan secara internasional. Selain itu, indeks ini melihat di luar kelaparan, faktor-faktor mendasar yang memengaruhi kerawanan pangan.

Indeks Ketahanan Pangan Global sekarang memasukkan faktor penyesuaian pada sumber daya alam dan ketahanan. Kategori ini menilai keterpaparan suatu negara terhadap dampak perubahan iklim. Seperti kerentanannya terhadap risiko sumber daya alam dan bagaimana negara tersebut beradaptasi dengan risiko ini.

Pandemi COVID-19 mungkin berdampak pada gangguan pasar dan mata pencaharian serta kemampuan dunia yang paling rentan untuk mendapatkan penghasilan dan memberi makan keluarga. Diperkirakan tingkat akurasi kerawanan pangan diperkirakan meningkat dua kali lipat tahun ini karena COVID-19.

Selain itu, berimplikasi juga pada kerugian dan pemborosan pangan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kerugian rantai pasokan dapat meningkat dalam jangka pendek karena kemacetan logistik dan kontraksi permintaan untuk makanan yang mudah rusak yang sering dikonsumsi jauh dari rumah (misalnya susu, telur, dan ikan segar).

Limbah konsumen dapat meningkat dengan menimbun dan membeli secara panik, meskipun sebagian besar pembelian ini dilakukan untuk barang-barang yang berumur lebih lama, seperti tepung dan pasta. Sebaliknya, limbah restoran, misalnya dari kebutuhan untuk menawarkan pilihan menu, akan dihilangkan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: