Georgia Milik Joe Biden, Isyarat Lepas Pemerintahan Lama Terlihat dari Donald Trump
Joe Biden memenangkan negara bagian Georgia. Sementara, Donald Trump menyiratkan kemungkinan pemerintahan baru pada Januari mendatang, meski tetap enggan mengakui kekalahan.
Presiden terpilih AS Joe Biden memenangkan negara bagian Georgia, menurut proyeksi BBC, menjadikannya calon Demokrat pertama yang memenangkan negara bagian itu sejak 1992.
Baca Juga: Donald Trump Masih Malu-malu Akui Biden Menang Pilpres AS
Kemenangan tersebut memperkuat kemenangan Biden, memperbesar perolehan suara elektoralnya menjadi 306. Sementara, Presiden Donald Trump diproyeksikan untuk memenangkan North Carolina dan meraih 232 suara.
Trump yang tampak tenang, masih menolak untuk mengakui kekalahannya, tapi untuk pertama kalinya menyiratkan kemungkinan adanya pemerintahan baru pada bulan Januari mendatang. Namun, calon dari Republik itu tidak menyebut nama Biden saat melakukan briefing penanganan virus corona, penampilan resmi pertamanya setelah pemilu.
"Pemerintahan ini tidak akan melakukan karantina wilayah (lockdown)," kata Trump di White House Rose Garden, di tengah melonjaknya jumlah kasus Covid-19 di negara itu.
"Mudah-mudahan ... apa pun yang terjadi di masa depan - siapa yang tahu pemerintahan mana yang akan memimpin. Saya rasa waktu yang akan menjawabnya," ujar Trump (13/11/2020).
Presiden tidak menerima pertanyaan dari wartawan
Sejumlah pihak sudah mendesak Trump untuk mengakui kemenangan Biden dan membantu mempersiapkan proses transisi ke pemerintahan selanjutnya. Georgia dan North Carolina adalah negara bagian terakhir yang menentukan hasil Pilpres AS.
Suara elektoral Biden sama dengan suara yang dicapai Trump dalam kemenangannya atas Hillary Clinton pada 2016. Penghitungan ulang manual akan dilakukan di Georgia karena selisih tipis antara kedua kandidat, tetapi tim Biden mengatakan mereka tidak melihat hasilnya akan berubah.
Presiden Trump telah meluncurkan berbagai upaya legal di negara-negara bagian utama dan melontarkan tuduhan yang tidak berdasar tentang kecurangan pemilu yang meluas.
Timnya melayangkan gugatan di Arizona pada hari Jumat (13/11/2020), setelah hasil perhitungan suara menunjukkan kemenangan Biden di negara bagian itu. Sebelumnya, Biden juga mencatat kemenangan di Arizona.
Semakin lebarnya perolehan suara Biden ini terjadi di tengah pernyataan para pejabat senior AS yang bertanggung jawab menggelar pemilihan presiden bahwa pilpres tahun ini adalah yang paling bersih dalam sejarah negara tersebut.
Arizona memiliki suara elektoral 11, dan kemenangan Biden diproyeksikan pada 7 November lalu setelah melewati perolehan 270 suara elektoral. Kemenangan Biden di Arizona dengan margin tipis, sekitar 11.400, namun negara bagian ini belum pernah menang untuk Demokrat sejak 1996.
Pada 2016, Trump dari Partai Republik mencatat kemenangan 3,5%. Merebut kembali negara bagian itu merupakan kemenangan penting bagi tim Biden, yang berupaya mencari dukungan suara anak-anak muda Latin.
Capaian di Arizona ini juga semakin menguatkan kemenangan Biden dan wakilnya Kamala Harris, di tengah penolakan Trump dan anggota Partai Republik untuk mengaku kalah.
Secara nasional, Biden unggul sekitar 5,3 juta suara dari Trump, dengan meraih 78 juta suara. Namun pemenang dalam pemilihan di AS ditentukan oleh suara elektoral dari negara-negara bagian.
Biden telah mulai mulai membentuk gugus tugas antivirus corona dan menyatakan mengatasi pandemi adalah prioritas utamanya.
Sementara itu Trump tetap menolak dengan mengeluarkan serangkaian cuitan dan mengklaim bahwa suaranya dicuri, tanpa memberikan bukti, hanya menyebut suara lewat pos seperti Philadelphia di Pennsylvania.
Kemenangan suara elektoral di negara bagian inilah yang memastikan proyeksi kemenangan Biden. Biden juga dilaporkan akan mempersiapkan serangkaian langkah yang akan diterapkan begitu dia dilantik pada Januari mendatang.
Sejumlah langkah itu termasuk memberitahukan kepada PBB bahwa Amerika akan bergabung kembali dengan upaya mengatasi perubahan iklim, mencabut langkah Presiden Trump menarik diri dari perjanjian Paris.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: