Apa saja yang perlu dipersiapkan ketika kita menjadi sukses, supaya tidak mudah jatuh?
Itu kembali lagi, mengapa kamu menjadi lemah? Karena secara emosional, kamu tidak kuat. Secara emosional juga tidak selaras antara pikiran, perasaan, dan tindakan.
Menurut Bapak, banyak orang Indonesia yang malas dan hanya mau sukses tanpa kerja keras. Selain itu, apa kesalahan dan kelemahan yang sering dilakukan dalam mencapai sukses?
Sebenarnya bukan kelemahan, namun persiapan. Selain itu, faktornya bermacam-macam. Definisi sukses juga beragam untuk setiap orang, seperti ada orang yang sudah merasa sukses karena sudah membanggakan orang tuanya lulus dengan IPK tertinggi atau cumlaude. Setelah dia berkeluarga, mungkin sukses bagi dirinya adalah di saat dia sudah bisa memberikan nafkah yang cukup atau bisa menyekolahkan anaknya di tempat yang baik. Ada juga orang yang berpikir sukses saat sudah memiliki mobil mewah, traveling keliling dunia, membuat perusahaan sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan.
Itu adalah konsep sukses yang bervariasi. Tapi, di setiap langkah menuju sukses, kita juga harus siap untuk gagal. Kita biasanya terjebak dalam labelling dari banyak orang karena definisi sukses yang berbeda, tapi kita lupa bertanya pada diri sendiri apakah kita low risk taker, moderate risk taker, atau high risk taker.
Di saat kita sudah merasa gagal menjadi seorang yang sukses, bagaimana caranya kita bangkit dari kegagalan agar tidak terjatuh di lubang yang sama?
Di saat kita bersepeda ke perumahaan sebelah lalu jatuh, pertanyaannya adalah apakah kita akan menunggu di situ atau pulang ke rumah? Kalau jawabannya pulang ke rumah, maka kamu sudah tahu tujuan kamu. Jika kamu bersepeda lagi ke tempat yang sama lalu jatuh, kamu sudah mengetahui caranya kalau sebelumnya kamu mencatat kenapa tadi bisa terjatuh. Setelah kita melakukan mapping setelah gagal, kamu jadi lebih mengerti dan setelah itu akan sadar untuk tidak mengulanginya lagi.
Tapi, apa yang terjadi jika kesalahan tersebut selalu berulang? Karena kita itu ignore dan tidak belajar dari kesalahan tadi, dan itu menjadi pola. Kita harus tahu tujuan. Kalau tidak, kita tidak akan bangkit.
Pandemi membuat banyak tempat usaha tutup. Menurut Bapak, bagaimana cara pandang terbaik khususnya generasi milenial dalam menghadapi pandemi?
Jangan melebih-lebihkan kata gagal. Ada dua faktor kegagalan. Pertama, gagal karena tidak bisa me-manage dengan baik dan memiliki turunan seperti kompetensi yang kurang bagus, leadership yang kurang, serta konsistensi dan komitmen yang kurang baik. Kedua, faktor yang memengaruhi adalah force major karena terjadi bukan hanya Indonesia, melainkan di seluruh dunia.
Mengapa kemarin dilakukan lock-down? Karena untuk mencegah penyebaran virus, sehingga berimbas pada perekonomian. Banyak bisnis baru yang kolaps. Tapi, kalau dia punya jiwa entrepreneur yang kuat, dia akan switch cara dia berbisnis dan pada akhirnya akan bangkit kembali. Jadi, kita harus mengetahui cara dalam mengadopsi. Yang membuat kita malas adalah mengubah cara. Kita perlu mengubah kebiasaan atau cara demi mencapai tujuan.
Menjadi sukses itu harus siap menjadi sendiri karena akan diragukan banyak orang. Jadi, harus dipersiapkan.
Menurut Bapak, puncak kesuksesan dari seorang Sunil Tolani seperti apa dan bagaimana caranya untuk mencapai kesuksesan?
Saya belum mencapai puncak kesuksesan. Tapi, saya punya misi. Kalau misi saya telah tercapai, mungkin saya sudah mencapai puncak kesuksesan. Misi saya adalah mentransformasi satu juta orang di Indonesia agar menjadi pribadi yang unggul dan pengusaha yang hebat. Itu adalah inisiasi mindset merdeka yang saya bangun. Tapi, kalau turning point kapan saya merasa sukses, yaitu di saat saya mengetahui tujuan hidup selaras dengan pekerjaan saya.
Apa yang membuat Bapak bisa memiliki tujuan dan berjalan hingga bisa mencapai tujuan tersebut?
Kembali lagi, saya perlu bertanya pada diri sendiri terlebih dahulu, kamu itu siapa, mau jadi apa, mau bantu siapa, itu perlu dijawab terlebih dahulu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: