Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengupas Kisah Perjuangan Tobatnya Eks Milisi Sadis Al-Shabab

Mengupas Kisah Perjuangan Tobatnya Eks Milisi Sadis Al-Shabab Milisi al-Shabaab Kenya. | Kredit Foto: Somali Jacel
Warta Ekonomi, Mogadishu -

Kelompok militan Somalia al-Shabab merekrut ribuan prajurit, tetapi juga memerlukan orang untuk memberikan layanan umum di wilayah-wilayah yang dikuasainya. Siapa pun yang tertangkap membelot dihukum mati.

Pada saat yang sama, pemerintah berusaha membujuk mereka untuk membelot dan menjalankan pusat-pusat rehabilitasi untuk membantu mereka kembali ke masyarakat. Tiga di antara pembelot itu duduk di depan saya di ruang gelap.

Ibrahim duduk di sebelah kiri. Tatapannya percaya diri, sepasang kaca mata hitam disematkan di kaus berkerah dan bercorak garis, jam tangan besar membalut tangannya dan mata besar berwarna cokelat berbinar di bawah topi bisbol. Ibrahim mengaku usianya 35 tahun.

Moulid berada di tengah. Badannya kurus dan mengenakan sandal kuning senada dengan kemeja kuningnya. Ia berusia 28 tahun.

Duduk di sebelah kanan adalah Ahmed. Jenggotnya rapi, kepalanya dibalut dengan selendang keffiyeh. Ia mengenakan kemeja biru cerah dan kaus warna yang sama. Ia berusia 40.

Mereka mengeluh.

Mereka tidak menyukai menu makan pagi yang ditawarkan di tempat yang aman yang terletak di dalam pagar kawat di bandara internasional Mogadishu.

"Ini bukan makanan kami yang biasanya, seperti panekuk dan biji kacang. Kami tidak suka air kemasan botol. Kami suka kehidupan yang sederhana dan air sederhana," kata Ahmed.

Malangnya, restoran bandara ini melayani selera internasional. Ada pizza, steak dan bir, bukan makanan Somalia.

Saya mulai mengatakan kepada tiga pria itu bahwa saya tidak akan menggunakan nama mereka yang sebenarnya, tidak akan mengambil foto dan tidak akan melaporkan sisi cerita mereka yang berpotensi menyulitkan mereka atau berbicara tentang hal-hal yang mereka rasakan tidak nyaman.

Ibrahim menyela saya.

"Kami tidak takut menceritakan kisah kami. Tanya saja tentang apa saja. Anda bisa mengambil gambar dan menggunakan nama asli kami."

Kendati demikian, saya memutuskan untuk tidak mengambil foto dan tidak menggunakan nama asli mereka karena saya khawatir akan keselamatan mereka.

Bergabung karena uang

Hal ini dikarenakan ketiga orang ini telah membelot dari kelompok berhaluan Islam yang menggunakan kekerasan, al-Shabab, yang telah beroperasi selama lebih dari satu dekade dan menguasai sebagian besar wilayah Somalia, memberlakukan peraturan dan hukuman ketat.

Kelompok tersebut menjalankan pemerintahan paralel dengan pemerintahan resmi, lengkap dengan menteri-menteri, angkatan kepolisian dan sistem peradilan.

Al-Shabab menjalankan sekolah dan pusat kesehatan, irigasi pertanian dan merawat jalan serta jembatan, dan memerlukan tenaga untuk menjalankan tugas itu.

_115582764_976xinsurgentscopy.jpg

Hukuman bagi yang memberontak adalah hukuman mati. Al-Shabab mengatakan kepada saya bahwa hukuman berlaku bagi siapa saja yang membelot tanpa izin, berlaku tidak hanya bagi prajurit.

"Satu-satunya alasan saya bergabung dengan al-Shabab adalah uang," kata Ahmed, pembicara paling lugas di antara ketiganya. "Mereka membayar saya antara US$200 hingga US$300 (sekitar Rp4,2 juta) per bulan. Saya bertanggung jawab atas sistem transportasi di wilayah saya."

Ibrahim menggosok jari-jari tangan kanan dengan gerakan cepat untuk menggambarkan uang.

"Saya juga bergabung karena uang. Saya menjadi prajurit al-Shabab selama tiga tahun. Ketika kita berada di dalamnya, kita menikmatinya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: