Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Duopoli?

Apa Itu Duopoli? Kredit Foto: Shuterstock
Warta Ekonomi, Jakarta -

Duopoli adalah struktur pasar di mana hanya terdiri dari dua penjual (produsen). Duopoli adalah bentuk oligopoli paling dasar, pasar yang didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan. Duopoli dapat memiliki dampak yang sama di pasar seperti monopoli jika kedua pemain berkolusi pada harga atau output.

Adapun kolusi itu sendiri dapat menyebabkan konsumen membayar harga lebih tinggi daripada yang mereka lakukan di pasar yang benar-benar kompetitif, dan hal itu ilegal menurut undang-undang antimonopoli AS.

Dalam duopoli, dua bisnis yang bersaing mengontrol sebagian besar sektor pasar untuk produk atau layanan tertentu yang disediakan. Seperti Amazon yang menjadi duopoli di pasar e-book tetapi tidak duopoli di sektor produk lainnya, seperti perangkat keras komputer.

Baca Juga: Apa Itu Dumping?

Dengan adanya duopoli, setiap perusahaan akan cenderung bersaing satu sama lain, menjaga harga tetap rendah dan menguntungkan konsumen. Namun, karena hanya ada dua pemain utama dalam industri di bawah duopoli, ada kemungkinan monopoli dapat terbentuk, baik melalui kolusi antara kedua perusahaan, atau jika salah satu keluar dari bisnis.

Sementara itu, oligopoli terjadi ketika beberapa bisnis mengendalikan sebagian besar sektor pasar. Meskipun duopoli memenuhi syarat sebagai oligopoli, tidak semua oligopoli adalah duopoli. Misalnya, industri otomotif adalah oligopoli karena hanya ada sedikit produsen, tetapi lebih dari dua, yang harus menanggapi permintaan dunia.

Untuk diketahui, terdapat 2 (dua) tipe pasar duopoli, yakni:

  1. Duopoli murni (pure duopoly) yaitu saat kedua pelaku pasar duopoli menjual produk atau jasa yang sama (homogen).
  2. Duopoli yang dibedakan (differentiated duopoly yaitu saat kedua pelaku pasar duopoli tidak menjual produk atau jasa yang sama (homogen), akan tetapi produk atau jasa tersebut bersifat saling mengisi satu sama lain (substansial).

Lalu, ada 2 (dua) jenis duopoli yang menjadi model utama untuk menjelaskan pasar tersebut:

1. Duopoli Cournot

Duopoli Cournot yang berasal dari Antoine Cournot, filsuf Matematika asal Prancis menyebutkan bahwa kuantitas menentukan persaingan pasar. Dengan demikian, kedua perusahaan akan berproduksi pada tingkat yang memaksimalkan keuntungan dan memilih output secara bersamaan.

Ketika pasar mencapai ekuilibrium, masing-masing perusahaan tidak memiliki insentif untuk mengubah output atau harga. Perubahan tidak akan membuat perusahaan mana pun menjadi lebih baik. Oleh karena itu, dalam jangka panjang, output dan harga stabil.

2. Duopoli Bertrand

Duopoli Bertrand berasal dari Joseph Bertrand, ahli matematika dan ekonomi Prancis yang mengkritik Antoine Cournot. Menurut Bertrand, harga adalah penentu persaingan, bukan kuantitas output.

Lebih lanjut dalam model Bertrand, masing-masing perusahaan akan memandang bahwa konsumen pasti memilih perusahaan yang memberikan harga terbaik (paling murah) karena produk di pasar mirip.

Karena itulah, apabila satu perusahaan menurunkan harga, perusahaan lain akan mengikuti demi menghindari hilangnya pangsa pasar. Dengan demikian, perang harga akan terjadi. Sehingga, pasar akan mencapai keseimbangan ketika harga kedua perusahaan sama, yakni sebesar biaya marginal. 

Adapun contoh duopoli di Indonesia adalah Indofood (Indomie) dengan Wings Food (Mie Sedaap) untuk pasar mie instan di Indonesia. Keduanya menguasai pangsa pasar hampir 90%.

Selanjutnya dari segi Internasional, ada Pepsi dan Coca Cola di pasar minuman berkarbonasi. Di pasar Amerika Serikat, pangsa pasar Coca-Cola Company adalah 42,7% dan PepsiCo adalah 30,8% pada tahun 2008.

Selain itu ada Android dan iOS di pasar sistem operasi telepon genggam. Android menguasai pangsa pasar sekitar 86,1% dan iOS sebesar 13,9% untuk pengiriman smartphone global di tahun 2019. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: