Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Berkelanjutan Memerlukan Prinsip Berpikir Secara Sistem

Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Berkelanjutan Memerlukan Prinsip Berpikir Secara Sistem Sujono, Direktur EMP hilir | Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diminta tetap mengedepankan aspek tata kelola minerba secara berkelanjutan. Tata kelola minerba yang berkelanjutan merupakan tata kelola yang mengusung tiga aspek penting yaitu Equity, Eficiency dan Sustainability.

Hal tersebut diungkapkan oleh Sujono, Dosen IPDN dan juga Direktur EMP hilir, usai menyampaikan paparan dalam ujian akhir disertasi promosi doktor di Program Doktor Ilmu Administrasi dengan konsentrasi Ilmu Administrasi Publik di Universitas Brawijaya Malang, Sabtu (5/12).

Lanjutnya, ia mengungkapkan, kebijakan minerba secara nasional masih mengalami karut-marut birokrasi. Terjadinya “bigbang desentralisasi” akibat terjadinya reformasi merupakan salah satu penyebab karut-marut tersebut. Peristiwa tersebut mengakibatkan tata kelola minerba dijalankan oleh pemerintah daerah yang tidak sesuai dengan cita-cita UUD 1945 yang menyatakan bahwa “hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”

“Kebijakan tata kelola pemerintahan, khususnya minerba, dapat ditarik kembali ke pemerintah pusat, tanpa harus menghilangkan prinsip desentralisasi. Hal ini merupakan tujuan ideal dari dasar negara kita UUD 1945 dan merupakan jalan yang mempermudah bagi pemanfaatan minerba sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat luas,” ujarbnya.

Disertasi Sujono berjudul ‘Tata kelola Minerba Berkelanjutan dalam Perspektif Berpikir Sitim dan Pemodelannya’. Disertasi ini menggunakan metode kualitatif berpikir sistem Soft System Methodology (SSM), yang diperkaya Social Network Analysis (SNA) dan Teori U, untuk menggambarkan keadaan tata kelola pemerintahan, khususnya minerba, berkelanjutan yang terjadi di Indonesia. Selain pisau analisis SSM, disertasinya juga diperkuat dengan analisis kuantitatif yaitu Partial Least Square (Pls) untuk menguji seberapa baik metode tersebut berpengaruh (sering disebut sebagai mixed methode transdisipliner).

Disertasi Sujono mengambil contoh tata kelola minerba berkelanjutan yang telah dilaksanakan di negara Chili. Negara dengan hasil tambang tembaga terbesar di dunia tersebut dianggap berhasil menjalankan sistem tata kelola minerba yang berkelanjutan. Chile telah menjalankan sistem tata kelola minerba berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan, pemerintahan, komunitas dan ekonomi.

“Berdasarkan penelitian kami, sistem tata kelola minerba berkelanjutan di Chili, dapat diterapkan di Indonesia, dengan mempertajam pelaksanaan desentralisasi dan langkah aksi sesuai Theory U (Prof Otto Schammer, MIT). Hal ini merupakan rekonstruksi teori SMG (Sustainable mining governance). Sebenarnya disertasi ini titik beratnya pada tata kelola pemerintahan yang baik dengan mengambil contoh kasus di dunia minerba, sehingga penelitian ini bisa diaplikasikan pada sektor lain pemerintahan. Penyelesaian berpikir secara sistem adalah cara terbaik untuk mengatasi keruwetan kehidupan sosial yang tidak terstruktur.” kata Sujono saat menjelaskan hasil penelitiannya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: