Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi Suram, Sri Lanka Terpaksa Bergantung pada China dan India karena Hal Ini

Ekonomi Suram, Sri Lanka Terpaksa Bergantung pada China dan India karena Hal Ini Kredit Foto: Antara/REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Pertumbuhan dibayar utang

Resesi ekonomi tidak hanya memangkas kas negara, tetapi juga mendorong Sri Lanka semakin bergantung pada debitor regional.

Oktober silam India menurunkan peringkat kredit Sri Lanka dari B2 menjadi Caa1. Perdana Menteri Narendra Modi saat itu memprediksi perekonomian negeri jiran tidak akan membaik pada 2021. Beban utang terhadap PDB pada tahun ini diyakini akan menyentuh level 100%, jauh di atas rata-rata negara berperingkat Caa yang sebesar 88 persen.

Tidak lama kemudian, giliran lembaga rating dunia, Fitch, yang menurunkan peringkat Sri Lanka dari CCC menjadi B-, serta mewanti-wanti investor asing terhadap tingginya risiko kredit macet.

Saat ini Sri Lanka harus menegosiasikan ulang utang senilai USD 50,8 miliar yang sudah jatuh tempo. Beban cicilan tahunan untuk membayar tunggakan tersebut diprediksi berkisar USD 4 miliar, yakni USD 2,6 miliar beban utang dan USD 1,4 miliar bunga cicilan.

"Kami mengimbau kepada para investor agar mau menegosiasikan ulang, dan jika mereka bersedia, ini akan sangat membantu keuangan negara,” kata Udaya Gammanpila, Menteri Energi Sri Lanka. Dia menegaskan pihaknya sudah memenuhi semua kewajiban utang yang harus dibayarkan tahun lalu.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: