Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ya Allah, Kelewatan! Teroris Papua Bombardir Dua Prajurit TNI saat sedang Shalat

Ya Allah, Kelewatan! Teroris Papua Bombardir Dua Prajurit TNI saat sedang Shalat Kredit Foto: Antara/Iwan Adisaputra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kelakuan teroris Papua makin menjadi-jadi. Kemarin, mereka kembali membunuh 2 prajurit TNI. Yang bikin emosi kita mendidih, para teroris sialan itu, tega-teganya memberondong prajurit TNI yang sedang khusyu melaksanakan shalat.

Kedua prajurit yang gugur itu: Pratu Roy Vebrianto dan Pratu Dedi Hamdani. Mereka merupakan prajurit TNI dari Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Penyangga (Mobile) Yonif Raider 400/Banteng Raiders dari Batalyon Infanteri Raider 408/Suhbrastha, Komando Daerah Militer IV Diponegoro.

Penembakan terhadap keduanya diawali oleh serangan teroris Papua ke Pos Titigi. Mereka menyerang secara membabi buta. Tanpa henti dan tak berperikemanusiaan. Pratu Roy yang tengah membersihkan tempat ibadah usai shalat subuh, turut ditembaki.

Akhirnya, Roy gugur lantaran tak kuat menahan sakit setelah tertembak di bagian dadanya. “Pratu Roy ditembak dari jarak 200 meter,” kata Kepala Penerangan Kogabwilhan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa, kemarin. Baca Juga: TNI AU Kerahkan 5 Pesawat Logistik Bantu Banjarmasin dan Mamuju

Mengetahui markasnya dilucuti, Dedi langsung mengejar. Nahas, saat pengejaran, Dedi tak menyangka teroris Papua yang bersembunyi di hutan daerah Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, telah siap menyongsongkan pelurunya. Dedi diberondong peluru dari arah ketinggian.

“Pratu Dedi Hamdani tertembak di bagian perut saat melakukan pengejaran KKB,” ujar Suriastawa. 

KKB atau Kelompok Kriminal Bersenjata, begitulah aparat TNI dan pemerintah memanggil para teroris biadab itu.

Kedua korban meninggal saat hendak diberi perawatan lebih lanjut di rumah sakit. “Dua korban penembakan KKB itu, meninggal dunia saat dievakuasi ke Timika dengan menggunakan helly Caracal,”
jelasnya.

Kepergian Roy dan Dedi dikonfirmasi melalui unggahan akun instagram resmi milik Kodam IV/Diponegoro.

“Turut berduka cita atas gugurnya prajurit terbaik Satgas Yonif Raider 400/BR dalam menjalankan tugas mengamankan perbatasan di RI-PNG,” tulis akun @kodam_diponegoro, kemarin.

Mendengar informasi gugurnya 2 prajurit TNI ini, rakyat di dunia nyata dan dunia maya, marah. Anggota Komisi I DPR, Bobby Rizaldi mengutuk aksi kekejaman teroris Papua. Dia mendesak, otoritas keamanan gabungan TNI/Polri segera menangkap pelakunya.

“Rasanya perlu dibentuk operasi khusus seperti Satgas Tinombala karena sudah berulang-ulang dan meresahkan masyarakat,” ujar Bobby, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Politisi Golkar ini menekankan, Satgas yang diusulkannya itu melibatkan Satuan Raider, Kopassus, Marinir, dan Brimob. Apalagi dari 2020 lokasi kejadiannya selalu di daerah yang sama.

“Sudah cukup untuk segera diselesaikan dengan satgas khusus. Bukan sekadar patroli gabungan agar lebih intensif dan efektif,” tegasnya.

Guna memutus rantai kejadian, menurut Bobby, pemerintah memerlukan sumber daya yang berbeda. Baik dari jenis Arsenal, jumlah personel, dan logistik. “Oleh karenanya, perlu pembentukan satgas khusus,” sebutnya.

Pengamat militer, Susaningtyas Kertopati menilai, kejadian demi kejadian harus dijadikan pembelajaran agar ke depannya tidak terulang lagi. Karena itu, Pemerintah perlu membuat strategi jangka panjang berdasarkan pemahaman.

Tujuannya untuk mengatasi sumber kekerasan, kesalahpahaman dan sudut pandang kekeliruan yang bisa saja melahirkan rasa tidak adil di Papua.

Pengamat Papua, Adriana Elisabeth mengatakan, Pemerintah harus memahami gerilya teroris Papua yang selalu berubah. “Selain meningkatkan koordinasi antara institusi keamanan dan intel yang bertugas di Papua, khususnya di wilayah pegunungan tengah,” pungkasnya.

Dia menambahkan, apabila kehadiran KKB dirasa mengancam keamanan masyarakat, petugas keamanan bisa mengambil langkah untuk mengembalikan stabilitas dan menyelamatkan masyarakat dari ancaman KKB.

"Tapi pengamanan yang bertugas mestinya sudah dibekali dengan pemahaman HAM,” tukas Adriana.

Warganet ikutan komentar. @NakalPejabat mengatakan, kelakuan teroris Papua sudah tak bisa dimaafkan. “Papua sono. Tuh tadi prajurit TNI ditembak mati lagi shalat. Itu the real teroris yang menguras emosi,” cuitnya.

“Bom saja, sudah bila kata-kata saja tidak bisa membuatnya berhenti. Apa boleh buat bom saja sarangnya,” sambar @EfendiHendro1.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: