Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tri Rismaharini Blusukan: Banjir Kritikan hingga Dianggap sebagai Ancaman

Tri Rismaharini Blusukan: Banjir Kritikan hingga Dianggap sebagai Ancaman Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejumlah politikus mengkritik blusukan maupun ucapan Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini (Risma), belakangan ini. Politikus PDIP menilai mereka yang suka mengritik itu sebagai oposan sumbang.

Diketahui, mereka yang mengkritik Risma di antaranya Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Fadli Zon; Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah; Anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Bukhori Yusuf; dan Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PKS, Hidayat Nur WahidBaca Juga: Habis Tolak Vaksin, Bungkam Kemudian! Ribka Tjiptaning: Mohon Maklum, Biar Alam yang Menjawab

Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Selly Andriany Gantina mengatakan bahwa alam demokrasi masih sehat-sehat saja untuk mengambil sikap kritis. Baca Juga: Alhamdulillah, Kemenkes Sebut 141 Ribu Tenaga Kesehatan Sudah Divaksinasi

"Siapa saja boleh kok tidak sepakat dengan kebijakan maupun pendekatan yang dilakukan oleh Bu Menteri. Wajar saja," ujar Selly, Minggu (24/1/2021). 

Namun, Selly mengatakan yang disayangkan bahwa kritik yang tidak logis. "Sekarang adanya ya oposisi sumbang. Kritik terus ya karena mau nunjukkan kalau berbeda aja. Bedanya gimana, konsep kelola pemerintahan gimana juga enggak ada tuh. Oposan sumbang itu," kata mantan wakil bupati Cirebon ini.

Selly pun kemudian menanggapi pendapat yang menilai Risma sebagai ancaman bagi yang mau maju kontestasi politik. "Kalau disebut Bu Risma ini ancaman bagi yang mau maju kontestasi politik, saya rasa kok kejauhan," ungkap mantan anggota DPRD Jawa Barat ini.

Menurut Selly, orang-orang yang menilai Risma sebagai ancaman bagi yang mau maju kontestasi politik itu sepertinya menutupi kekaguman saja. "Itu yang kritik berarti ada PR. Ada tugas demokrasi. Tandanya ya harus cetak kader yang capable. Yang ngerti teknis tata kelola pemerintahan yang baik. Yang punya integritas. Cuma kadang kalau malas kan PR enggak dikerjain. Maunya nyontek. Enggak ada contekan jadi ya alesan aja," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: