Sepanjang satu dekade terakhir, masyarakat Uni Eropa telah diuntungkan dengan kehadiran minyak sawit di kawasan negara tersebut. Tidak hanya dapat diaplikasikan pada sektor oleopangan, oleochemical, dan terutama bahan bakar nabati, masyarakat Uni Eropa juga diuntungkan dengan harga minyak sawit yang lebih murah dibandingkan rapeseed, sunflower, dan soybean.
“Kehadiran minyak sawit juga mengurangi masalah trade-off fuel-food yang dihadapi negara-negara maju termasuk Uni Eropa. Sebagaimana analisis OECD (2007) mengatakan, jika Uni Eropa mengurangi 10 persen saja konsumsi BBM fosil dan digantikan dengan biofuel (sebagaimana EU energy directive) Uni Eropa harus mengkonversi 70 persen lahan pertaniannya menjadi tanaman minyak nabati,” seperti dilansir dari laporan PASPI Monitor.
Baca Juga: Konsumsi Minyak Sawit Nano-nano di 2020, Bagaimana dengan 2021?
Tidak hanya menawarkan harga yang murah dan potensi pemanfaatan yang sangat banyak, kehadiran minyak sawit di Uni Eropa juga telah menciptakan manfaat ekonomi. Melansir data yang dihimpun PASPI Monitor, manfaat ekonomi yang tercipta di Uni Eropa akibat penggunaan minyak sawit yakni dapat meningkatkan GDP Uni Eropa sekitar 5,7 miliar Euro, menciptakan penerimaan pemerintah sekitar 2,6 miliar Euro, dan menciptakan kesempatan kerja bagi sebanyak 117 ribu orang setiap tahunnya.
Namun, melalui kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II), Komisi Uni Eropa merencanakan akan mengurangi penggunaan bahan bakar nabati yang berisiko tinggi terhadap perubahan lahan, termasuk penggunaan minyak sawit yang diturunkan secara bertahap hingga 0 persen pada 2030 mendatang.
Lalu pertanyaannya, apa yang akan terjadi jika kebijakan tersebut tetap diberlakukan oleh Uni Eropa? Pertama, dengan tidak mengimpor minyak sawit, Uni Eropa terancam tidak lagi mendapatkan manfaat ekonomi yang lumayan besar setiap tahunnya dari sawit. Kedua, untuk mengganti penggunaan sawit, salah satunya dengan meningkatkan produksi rapeseed dan sunflower baik di Uni Eropa maupun di luar kawasan Eropa. Penanaman rapeseed, soybean, dan sunflower dengan tingkat produktivitas hasil yang sangat rendah, hanya akan meningkatkan terjadinya konversi lahan hutan (deforestasi) besar-besaran di kawasan Uni Eropa maupun di luar kawasannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: