Kudeta Militer Diprediksi Berakhir Mengerikan, Tensi Politik Myanmar Mendidih
Aung San Suu Kyi dan para pemimpin senior dari Partai National League for Democracy ditahan oleh militer Myanmar pada Senin (1/2/2021). Penangkapan itu terjadi dalam serangan singkat para tentara pada Senin subuh yang dianggap sebagai kudeta.
"Saya ingin memberitahu rakyat kami untuk tidak menanggapi dengan gegabah dan saya ingin mereka bertindak sesuai dengan hukum," kata juru bicara Myo Nyunt, mengungkapkan bahwa pemenang Hadiah Nobel Perdamaian berusia 75 tahun Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan pemimpin lain sekarang ditahan, dilansir dari DW, Senin (1/2/2021).
Baca Juga: Kudeta Militer Myanmar: Junta, Demokasi dan Aung San Suu Kyi
"Dengan situasi yang kami lihat terjadi sekarang, kami harus berasumsi bahwa militer melakukan kudeta," tambahnya.
Beberapa jam kemudian, pejabat militer negara itu mengatakan para politisi ditangkap sebagai tanggapan atas kecurangan pemilu.
Sebuah televisi milik militer mengatakan tentara akan mengambil kendali negara selama satu tahun. Mantan jenderal Myint Swe, yang telah menjabat sebagai wakil presiden sampai kudeta Senin, sekarang akan memerintah sebagai penjabat presiden.
"UEC (komisi pemilihan) gagal untuk menyelesaikan penyimpangan besar daftar pemilih dalam pemilihan umum multipartai yang diadakan pada 8 November 2020," kata pernyataan yang ditandatangani oleh Myint Swe.
Pernyataan itu mengatakan "organisasi partai lain" telah "merusak stabilitas negara."
"Karena situasi harus diselesaikan sesuai dengan hukum, keadaan darurat diumumkan."
Aung San Suu Kyi memainkan peran kunci dalam protes 1988 terhadap junta militer, dan akhirnya menghabiskan waktu bertahun-tahun di bawah tahanan rumah, sebelum mencalonkan diri sebagai parlemen pada 2012. Namun, sejak mengambil alih kekuasaan pada 2016, aktivis dan diplomat dari seluruh dunia mengecam pemimpin tersebut karena kepatuhannya yang nyata pada rezim yang dipimpin militer.
"Sepuluh tahun setelah transisi menuju demokrasi dimulai, negara ini menghadapi kemunduran besar dengan Tatmadaw mengumpulkan para pemimpin politik terpilih termasuk Aung San Suu Kyi dan anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) lainnya," Romain Caillaud, seorang rekan rekan dengan Program Studi Myanmar di Institut Studi Asia Tenggara di Singapura, kepada DW.
Caillaud membandingkan peristiwa Senin (1/2/2021) ini dengan penumpasan militer terhadap pemberontakan yang dipimpin mahasiswa pada tahun 1988. Dorongan untuk demokrasi tahun itu juga memunculkan NLD yang berkuasa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: