Alexei Navalny dan Greta Thunberg Dinominasikan dalam Nobel Perdamaian
Kritikus Kremlin Alexei Navalny, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan juru kampanye iklim Greta Thunberg masuk ke dalam nominasi peraih Nobel Perdamaian. Mereka didukung oleh anggota parlemen Norwegia yang memiliki rekam jejak dalam memilih pemenang.
Direktur Peace Research Institute Oslo, Hendrik Urdal mengatakan, anggota parlemen Norwegia telah menominasikan pemenang Nobel Perdamaian setiap tahun sejak 2014, kecuali 2019. Menurut Urdal, pola pemilihan dari beberapa tahun belakangan ini cukup menakjubkan.
Baca Juga: Menantu Donald Trump Masuk dalam Nominasi Nobel Perdamaian, Apa Kontribusinya?
Keputusan akhir pemenang Nobel Perdamaian berada di tangan Komite Nobel Norwegia. Komite tidak mengomentari nominasi dan merahasiakan nama-naman mereka yang mengajukan nominasi maupun nominasi yang gagal meraih penghargaan ini selama 50 tahun.
Menurut survei Reuters kepada para anggota parlemen Norwegia, mereka yang dinominasikan tahun ini mencakup aktivis iklim Great Thunberg, kritikus Kremlin Alexei Navalny dan WHO melalui program COVAX untuk memastikan akses vaksin Covid-19 bagi negara-negara miskin.
Thunberg menjadi salah seorang “juru bicara paling dikenal dalam upaya melawan krisis iklim,” bersama dengan kelompok kampanye yang ikut didirikannya “Fridays for Future.”
Sementara, Navalny dinominasikan oleh sejumlah akademisi Rusia. Mantan menteri Norwegia Ola Elvestuen menyebut Navalny telah berupaya untuk melakukan "upaya demokratisasi damai Rusia".
Salah seorang yang mengajukan nominasi, Geir Sigbjoern Toskedal, mengatakan nama lain yang dinominasikan adalah aktivis Belarus Sviatlana Tsikhanouskaya, Maria Kolesnikova dan Veronika Tsepkalo karena “memperjuangkan pemilu yang adil dan memberikan inspirasi perlawanan secara damai.”
Nominasi lainnya adalah Jette Christensen, kelompok hak asasi manusia, Komite Helsinki Hongaria dan kelompok hakim Polandia yang membela hak-hak sipil, IUSTITIA.
"Pencalonan saya tahun ini adalah untuk perjuangan melestarikan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan di Eropa," kata Christensen.
Kebebasan informasi adalah tema berulang dengan nominasi termasuk Komite untuk Melindungi Jurnalis yang berbasis di AS, mantan jurnalis Charlie Hebdo Zineb el Rhazoui, situs web berita Hong Kong Free Press, Jaringan Pemeriksa Fakta Internasional yang berbasis di AS dan Reporters without Borders (RSF) yang berbasis di Paris.
Ribuan orang, dari anggota parlemen di seluruh dunia hingga mantan pemenang, berhak mengusulkan kandidat pemenang penghargaan bergengsi ini. Nominasi, yang ditutup hari Ahad (31/1/2021), tidak menyiratkan dukungan dari komite Nobel. Pengumuman pemenang Nobel Perdamaian 2021 akan disampaikan pada Oktober mendatang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: