Keberadaannya Masih Misterius, Partainya Minta Suu Kyi Segera Dilepaskan
Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi meminta agar peraih Nobel Perdamaian itu dibebaskan dari penahanan. NLD juga meminta junta militer Myanmar untuk mengakui kemenangannya dalam pemilu November lalu, sehari setelah kudeta militer yang memicu kemarahan global.
Keberadaan Aung San Suu Kyi hingga lebih dari 24 jam setelah penangkapannya tetap tidak diketahui. Satu-satunya kominunikasi adalah dalam bentuk pernyataan yang ditulis untuk mengantisipasi kudeta yang menyerukan aksi protes terhadap kediktatoran militer.
Baca Juga: Bersih-bersih Pemerintahan Suu Kyi, Panglima Militer Myanmar Pakai Strategi Ini
Militer Myanmar melancarkan kudeta menyusul kemenangan telak bagi NLD yang dipimpin oleh Suu Kyi dalam pemilu 8 November lalu, hasil yang ditolak militer dengan alasan tuduhan kecurangan yang tidak berdasar.
Tentara menyerahkan kekuasaan kepada Jenderal Min Aung Hlaing dan memberlakukan keadaan darurat selama setahun, menghancurkan harapan negara yang dilanda kemiskinan itu berada di jalan menuju demokrasi yang stabil.
"Komite eksekutif NLD menuntut pembebasan semua tahanan secepat mungkin," dalam sebuah posting di halaman Facebook pejabat senior partai May Win Myint seperti dikutip dari Reuters, Selasa (2/2/2021).
Komite eksekutif NLD juga meminta militer untuk mengakui hasil pemilihan dan parlemen baru - yang akan bertemu untuk pertama kalinya pada hari Senin - diizinkan untuk duduk.
Suu Kyi (75) menjalani tahanan rumah sekitar 15 tahun antara tahun 1989 dan 2010 saat ia memimpin gerakan demokrasi dalam perjuangan panjangnya melawan junta militer yang telah memerintah negara itu selama enam dekade terakhir.
Kudeta terbaru menandai kedua kalinya militer menolak untuk mengakui kemenangan telak NLD dalam pemilu. Sebelumnya mereka juga menolak hasil jajak pendapat tahun 1990 yang dimaksudkan untuk membuka jalan bagi pemerintahan multi-partai.
Protes massal yang dipimpin para biksu Buddha pada 2007 memaksa para jenderal berkompromi dan NLD akhirnya berkuasa pada 2015 di bawah konstitusi baru yang menjamin peran utama militer dalam pemerintahan, termasuk kementerian utama.
Jenderal Min Aung Hlaing telah menjanjikan pemilu yang bebas dan adil serta penyerahan kekuasaan kepada partai pemenang, tanpa memberikan kerangka waktu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: