Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nihil Tanda-tanda Suu Kyi, Bunyi Nyaring Klakson hingga Panci Malah Gegerkan Penduduk Yangon

Nihil Tanda-tanda Suu Kyi, Bunyi Nyaring Klakson hingga Panci Malah Gegerkan Penduduk Yangon Pemimpin pro-demokrasi Myanmar Suu Kyi tersenyum kepada para pendukungnya saat dia merayakan Thingyan di depan rumahnya di Yangon. | Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Yangon -

Penduduk di kota terbesar Myanmar, Yangon, ramai-ramai membunyikan klakson mobil serta memukuli panci dan wajan pada Selasa malam. Itu merupakan perlawanan publik pertama terhadap kudeta militer di negara itu sehari sebelumnya.

Aksi memprotes kudeta militer itu awalnya direncanakan berlangsung hanya beberapa menit, namun diperpanjang menjadi lebih dari seperempat jam di beberapa lingkungan Yangon. Teriakan para warga juga terdengar, di mana mereka berharap pemimpin de facto yang ditahan militer; Daw Aung San Suu Kyi , dalam keadaan sehat. Mereka menyerukan pembebasannya.

Baca Juga: Singgung Kudeta Militer, Ketua Parlemen ASEAN: Kalau Bisa, Usir Myanmar dari Asosiasi

"Memukul genderang dalam budaya Myanmar seperti kita mengusir setan," kata salah satu peserta aksi pukul panci yang menolak menyebutkan namanya karena takut akan pembalasan militer.

Beberapa kelompok pro-demokrasi sempat meminta masyarakat membuat keributan pada pukul 20.00 waktu setempat untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap kudeta militer.

Seorang politisi senior dan orang kepercayaan dekat Suu Kyi juga mendesak warga untuk menentang militer melalui pembangkangan sipil.

Win Htein, pemimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)—partainya Suu Kyi—, berbicara pada Selasa dari kantor partainya di Naypyitaw, tidak jauh dari tempat ratusan anggota parlemen terpilih dalam pemilu November 2020 ditahan ketika militer merebut kekuasaan Senin dini hari.

"Kutukan kudeta berakar di negara kami dan inilah alasan mengapa negara kami masih tetap miskin. Saya merasa sedih dan kesal untuk sesama warga negara dan untuk masa depan mereka," kata mantan tahanan politik itu, seperti dilansir dari AP, Rabu (3/2/2021).

"Semua pemilih yang mendukung kami dalam pemilihan umum 2020 harus mengikuti instruksi Aung San Suu Kyi untuk melakukan pembangkangan sipil," katanya, merujuk pada catatan yang di-posting Senin di Facebook yang dikaitkan dengan Suu Kyi.

Juru bicara NLD, Kyi Toe, mengatakan militer mulai mencabut pembatasan pada Selasa terhadap ratusan anggota parlemen yang dikurung di kompleks perumahan pemerintah yang dijaga, di mana pemerintah baru menyuruh mereka kembali ke rumah.

Dia mengatakan Suu Kyi dalam keadaan sehat di lokasi terpisah di mana dia ditahan dan akan tinggal di sana untuk sementara waktu. Komentarnya tidak dapat segera dikonfirmasi.

Kudeta itu terjadi ketika anggota parlemen berkumpul di ibu kota untuk pembukaan sesi parlemen baru. Militer mengatakan pengambilalihan kekusaan perlu karena pemerintah tidak bertindak atas tuduhan kecurangan—yang tanpa bukti—dalam pemilu November lalu. Pemilu itu dimenangkan secara telak oleh NLD.

Militer mengeklaim pengambilalihan kekuasaan itu legal berdasarkan konstitusi. Namun, kudeta itu dikecam dunia internasional.

Kudeta tersebut menyoroti sejauh mana para jenderal pada akhirnya mempertahankan kendali di Myanmar, meskipun lebih dari satu dekade pembicaraan tentang reformasi demokrasi.

Negara-negara Barat sejatinya telah menyambut langkah Myanmar menuju demokrasi dengan antusias, di mana sanksi yang mereka jatuhkan terhadap negara itu selama bertahun-tahun dicabut. Setelah kudeta militer di Myanmar, Amerika Serikat (AS) mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada para pejabat militer.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: