Pendiri Jual Harta Bangun Demokrat, SBY Atur Partai Seperti Perusahaan Keluarga
Isu mengenai upaya kudeta kepemimpinan Partai Demokrat yang diungkapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyita perhatian banyak pihak, tidak terkecuali para pendirinya. Etty Manduapessy salah satunya, teringat masa-masa awal ketika mendirikan partai berlambang bintang mercy itu.
Menurut Etty, para pendiri waktu itu secara patungan. Tidak sedikit yang menjual harta agar partai yang kini dipimpin putera sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu bisa tegak berdiri. “Iya itu kita jual harta, saya ini jual harta, saya jual emas-emas, sampai gadai di pegadaian. Tidak ada orang bantu kita, kalau saya cerita itu tuh kita bisa nangis toh,” ujar Etty Manduapessy ketika berbincang dengan SINDOnews, Rabu (3/2/2021).
Baca Juga: Dibilang Jadi Beban Negara dan Jokowi, Moeldoko Diminta Politikus Demokrat untuk Mundur
Saat itu, yang ada di kepala Etty dan para pendiri Partai Demokrat lainnya adalah pengabdian. “Jual harta jual apa, jual segala macam, jual tanah, jual dusun, ada teman-teman sampai meninggal di tengah jalan karena pengorbanan itu,” kata Etty yang mengaku tidak lagi aktif di Partai Demokrat meskipun tidak memutuskan untuk keluar dari partai itu.
Beberapa waku belakangan, Etty melihat bayangan idealnya tentang Partai Demokrat yang ikut didirikannya runtuh. Dia melihat Partai Demokrat sudah tidak sesuai dengan tujuan awal pendiriannya.
“Ini di Demokrat ini banyak orang penjilat, banyak Yudas di situ, banyak cari jabatan yang pada dapat kursi, banyak di situ. Tapi prinsipnya kita sebagai pendiri lain, pendiri itu punya kewajiban moral untuk bilang siapa bisa siapa tidak bisa. Kita berpikir untuk kepentingan nasional, rakyat, kita tidak berpikir untuk kepentingan duduk di partai, atau di DPR atau jadi pejabat A, B, C dan sebagainya. Kita tidak berpikir begitu,” ungkapnya.
Dia pun mengaku sudah tidak respek lagi dengan SBY sejak lama. “Sebab waktu SBY jadi presiden itu semua keluarga itu duduk di mana-mana di DPR, di DPRD Provinsi, segala keluarganya, dia nepotisme,” tuturnya.
Nepotisme itu semakin menjadi ketika adik ipar SBY, Hadi Utomo menjadi ketua umum Partai Demokrat. “Jadi, mereka atur Demokrat ini kayak atur mereka punya perusahaan di rumah sendiri, makanya kita kesal sebagai pendiri ini kesal, bahwa kita sudah lari dari kesepakatan awal, kesepakatan awal tidak begitu, kita berjuang untuk negara, bukan berjuang untuk keluarga,” katanya.
Maka itu, dia menilai SBY sebagai raja rega. “SBY ini beda dengan Soeharto. Soeharto jadi presiden, dia ingat punya teman-teman seperjuangan. SBY tidak, kalau kita baca sejarah. Dia raja tega, yang dipentingkan dia punya keluarga, dari istri dari mana-mana,” tuturnya.
Selain itu, janji SBY kepada para pendiri Partai Demokrat tidak pernah terealisasi hingga masa bakti berakhir sebagai presiden RI. “Pengalaman di kita itu pada waktu dia mulai jadi presiden, janji kita teman-teman sampai frustasi, janji terus, banyak tidak terlaksana, itu pengalaman hidup kita dengan SBY, zaman dia jadi presiden,” imbuhnya.
Etty pun mengaku tidak mengenal AHY. “Terus terang saya ini tidak kenal AHY itu, saya ini cuma kenal SBY karena kita dari awal,” tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq