Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Studi Nissan oleh Frost & Sullivan Ungkap Antusiasme Masyarakat Indonesia Miliki Kendaraan Listrik

Studi Nissan oleh Frost & Sullivan Ungkap Antusiasme Masyarakat Indonesia Miliki Kendaraan Listrik Kredit Foto: REUTERS/Thomas Peter
Warta Ekonomi, Jakarta -

Studi terbaru menunjukkan bahwa Indonesia dan negara tetangga di Asia Tenggara terus antusias untuk memiliki kendaraan listrik. Antusiasme ini sebagian besar didorong oleh kebutuhan yang semakin besar untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan.

Edisi kedua studi Nissan oleh Frost & Sullivan, berjudul "The Future of Electrified Vehicles in Southeast Asia" dirilis hari ini selama "Nissan FUTURES - Electrification and Beyond", sebuah pertemuan virtual para pemimpin industri, pemerintahan, dan media.

Baca Juga: Bukan Kaleng-kaleng! Holding Baterai Listrik Targetkan 12 Juta Kendaraan Listrik Tahun 2025

Riset konsumen di Thailand, Filipina, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Singapura mengungkapkan bahwa hampir dua pertiga (64%) responden di seluruh Asia Tenggara mengatakan bahwa mereka lebih mempertimbangkan kendaraan listrik dibandingkan lima tahun lalu. 66% konsumen di seluruh wilayah percaya bahwa mereka pasti akan memakai mobil listrik sebagai bagian dari kehidupan mereka dalam waktu dekat.

Menurut studi tersebut, 50% pemilik kendaraan non-listrik di Indonesia menyatakan bahwa mereka pasti akan mempertimbangkan kendaraan listrik sebagai pembelian mobil berikutnya dalam tiga tahun ke depan. Dampak positif terhadap lingkungan dan teknologi keselamatan menjadi faktor utama bagi masyarakat Indonesia untuk mempertimbangkan kendaraan listrik.

44% responden Indonesia berpendapat bahwa kendaraan listrik itu keren dan trendi - tertinggi di wilayahnya - dan 58% percaya bahwa biaya perawatan untuk kendaraan listrik lebih murah dibandingkan mobil konvensional.

Sejalan dengan studi serupa yang dilakukan pada tahun 2018, studi terbaru menunjukkan bahwa manfaat pajak (80%), pemasangan stasiun pengisian daya di kawasan pemukiman (80%) dan jalur prioritas untuk kendaraan listrik (55%) adalah 3 faktor teratas responden Indonesia untuk beralih ke kendaraan listrik. Hal ini menunjukkan kebutuhan yang terus berlangsung bagi produsen mobil, pembuat kebijakan, dan pihak swasta untuk berkolaborasi dalam mendorong penerapan mobilitas listrik.

Berkurangnya hambatan untuk memiliki

Masih ada hambatan dalam memiliki kendaraan berlistrik, namun penelitian menunjukkan lebih banyak optimisme di antara responden Indonesia terhadap kendaraan listrik. Ketakutan akan kehabisan daya sebelum tiba di charging station terus menjadi penghalang paling 

signifikan dalam memiliki kendaraan berlistrik di Indonesia, meski kekhawatiran tersebut turun dari 73% pada 2018 menjadi 54% pada 2020.

Temuan ini juga memberi petunjuk pada trend mobilitas listrik berikutnya di Indonesia, yaitu e-POWER yang menggunakan teknologi EV dan menghilangkan pengisian daya. 

Trend EV berikutnya

Survei mengidentifikasi salah satu trend besar berikutnya dalam mobil listrik di Indonesia yakni Nissan e-POWER - teknologi yang memberi konsumen pengalaman berkendara EV, tanpa perlu mengisi daya.

Faktor yang paling menarik bagi pengemudi Indonesia adalah bahwa e-POWER memberikan akselerasi yang cepat dan halus (62%), berkendara dengan senyap (59%) dan output tenaga mesin yang tinggi (53%). Fakta bahwa e-POWER bekerja dengan penggerak motor listrik 100% tanpa perlu charger eksternal merupakan solusi inovatif bagi pelanggan Indonesia yang ingin mendapat pengalaman menyenangkan dalam berkendara dengan mobil listrik.

Nissan Motor Distributor Indonesia telah mengusung Nissan Kicks e-POWER ke Indonesia sejak September 2020 dan mendapatkan sambutan yang sangat positif dari masyarakat Indonesia demikian info dari Tan Kim Piauw, Sales & Marketing Director, PT Nissan Motor Distributor Indonesia.

Kontribusi untuk masa depan yang lebih hijau

Studi ini juga mengungkap kesadaran lingkungan lebih hijau yang berkembang di seluruh Asia Tenggara, dengan responden di wilayah tersebut percaya bahwa memiliki mobil listrik niscaya akan turut serta berkontribusi dalam menjaga lingkungan.

Pada tahun 2020, 38% responden di Asia Tenggara dapat diklasifikasikan sebagai 'pecinta lingkungan', dibandingkan dengan 34% dalam penelitian serupa pada tahun 2018. Kelompok konsumen ini didorong oleh kesadaran lingkungan yang kuat dan kepedulian terhadap perubahan iklim. Penggunaan kendaraan listrik dipandang sebagai cara mereka peduli terhadap lingkungan.

Tentang studi

Studi “The Future of Electrified Vehicles in Southeast Asia” oleh Frost & Sullivan pada September 2020 di enam pasar ASEAN: Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Temuan ini berdasarkan pada 3.000 tanggapan pelanggan online di antara pengemudi mobil di kota-kota tertentu, untuk memahami kesadaran, sikap, perilaku, dan persepsi pelanggan terhadap kendaraan listrik. “Electrified vehicle” dalam penelitian ini adalah baterai kendaraan listrik, kendaraan listrik hybrid plug-in dan e-POWER. Ini tidak termasuk kendaraan hybrid penuh. Penelitian tersebut merupakan tindak lanjut dari studi yang dilakukan pada Januari 2018.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: