Para demonstran berangsur-angsur membubarkan diri usai junta militer mengerahkan kendaraan tempur dan menambah jumlah tentara.
Walaupun demikian, tuntutan massa tetap sama, yaitu meminta militer membebaskan penasihat negara Aung San Suu Kyi yang resmi ditahan dan ditetapkan tersangka oleh kepolisian, serta meminta junta militer mengembalikan pemerintahan ke pimpinan yang terpilih secara demokratis.
Suu Kyi dijadwalkan mengikuti sidang atas kasus impor ilegal enam alat komunikasi radio walkie talkie hari ini (15/2). Namun, hakim mengatakan ia akan tetap ditahan sampai Rabu (17/2), kata pengacara Suu Kyi, Khin Maung Zaw.
Kudeta serta penangkapan Suu Kyi, pejabat dan politisi lainnya memicu aksi protes massa terbesar yang pernah ada dalam 10 tahun terakhir. Ratusan ribu orang datang dari berbagai daerah ke jalan-jalan di kota besar menolak kudeta militer yang mengancam usaha warga mewujudkan sistem pemerintahan demokratis.
"Ini adalah perang untuk masa depan kami, masa depan negara kami," kata seorang aktivis muda, Esther Ze Naw saat ditemui tengah berunjuk rasa di Kota Yangon. Kami tidak ingin hidup di bawah kekuasaan diktator militer.
"Kami ingin ada pemerintahan federal yang nyata, pemerintahan yang memperlakukan setara seluruh warga dan kelompok etnis," ujar dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: