Keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk merevisi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) menjadi perbincangan luas. Jokowi menegaskan akan meminta DPR melakukan itu jika isi UU tersebut tidak bisa memberikan rasa keadilan dengan cara menghapus pasal-pasal karet yang multitafsir.
Rencana Presiden Jokowi disambut beragam komentar dari berbagai kalangan. Pengamat politik Rocky Gerung juga ikut mengomentari wacana tersebut dalam wawancaranya dengan Hersubeno Arief yang diposting di chanel Youtubenya, Selasa, 16 Februari 2021.
Baca Juga: Revisi biar Jokowi Gak Beban, Pemuda Muhammadiyah: Presiden Disalahkan Tiap Kasus UU ITE
Rocky menilai, rencana revisi UU ITE sekadar menguji respons publik. "Beliau sekadar tes ombak seberapa serius tanggapan publik," kata Rocky.
Dia yakin publik tidak akan merespons wacana ini. Sosok yang juga dikenal ahli dalam bidang filsafat ini menilai wacana itu hanya angin surga. "Banyak angin surga akhir-akhir ini," ujar Rocky.
Menurut pandangannya, UU ITE adalah alat untuk mengendalikan lawan politik atau oposisi. Oleh karena itu, poinnya bukan pada UU ITE, tapi juga ada atau tidaknya oposisi. "Percuma UU ITE direvisi, tapi oposisi tidak diakui oleh pemerintah," ujar Rocky.
Dia mengatakan, percuma juga jika UU ITE diabaikan, tapi nantinya digunakan UU lain dalam menghadapi oposisi.
"Harus diaktifkan oposisi. Jadi kalau dikatakan silakan revisi UU ITE, iya tetapi oposisi sudah diserap ke Istana, lalu siapa yang mau bicara. Enggak ada kan, begitulan dimensinya," tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum