Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

MP Tumanggor: Saat Ini, B30 Cukup Memadai, Jangan Buru-buru!

MP Tumanggor: Saat Ini, B30 Cukup Memadai, Jangan Buru-buru! Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun. | Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak 2008, Pemerintah Indonesia sudah mengimplementasikan penggunaan biodiesel dengan kadar campuran 2,5 persen minyak sawit. Mengingat potensinya yang cukup besar, pemanfaatan biodiesel terus dikembangkan secara bertahap hingga B40, B50, dan B100 nantinya.

Terkait hal ini, Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), MP Tumanggor, mengatakan bahwa saat ini program biodiesel B30 sudah cukup memadai. Dia pun meminta agar tak buru-buru melangkah ke B40.

Baca Juga: Kontribusi Sawit: B30 Turunkan Emisi Karbon Dioksida Hingga 23,3 Juta Ton

"Saat ini, program biodiesel B30 sudah cukup memadai; jangan buru-buru ke B40. Dengan harga CPO yang tinggi, perlu dana Rp55 triliun, sedang dana BPDPKS diperkirakan hanya terkumpul Rp41 triliun. Jadi, sisanya Rp15 triliun dari mana? Karena itu, B30 saja dulu yang dijalankan," kata Tumanggor.

Dijelaskan Tumanggor, Aprobi beranggotakan 20 perusahaan dengan hanya sebagian kecilnya yang terintegrasi dengan perusahaan perkebunan. Sebagian besar perusahaan berdiri sendiri sehingga bahan baku didapat dengan membeli CPO dari PKS yang dimiliki perusahaan perkebunan yang bersangkutan. Kapasitas produksi seluruh anggota Aprobi adalah 12 juta ton.

Perusahaan biodiesel membeli CPO dengan harga pasar yang tinggi seperti sekarang. "Sebenarnya, kita hanya tukang jahit saja dengan upah US$85/MT. Jadi, tidak benar kalau dana biodiesel yang triliunan kita nikmati," kata Tumanggor.

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menyatakan bahwa pemerintah akan mempertahankan B30, sementara B40 dari aspek teknis sudah dipelajari sehingga kalau dilaksanakan pun sudah siap.

"Kita tidak akan buru-buru ke B40 melihat situasi teknis ada spesifikasi baru ke B40 dan B50. Kalaupun ke B40, nanti opsinya on-off ke B30 tergantung situasi," katanya. Dadan juga menjelaskan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan mutu B30. Kementerian ESDM menjamin B30 yang sampai ke masyarakat tetap memenuhi standar kualitas.

Perlu diketahui, kebijakan biodiesel ini sudah berjalan 15 tahun dan telah memberikan dampak terhadap penurunan impor solar, penghematan devisa, serta harga CPO dan TBS yang stabil bahkan cenderung baik sehingga petani juga turut menikmati. Sepanjang tahun 2021, diperkirakan serapan B30 mencapai 9,2 juta kiloliter atau setara dengan kebutuhan produksi di 2,5 juta hektare kebun sawit.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: