Pedemo Myanmar Tewas Didor Polisi, Uni Eropa Gatal: Akan Dibahas di Meja UE
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell meminta pasukan keamanan di Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Pernyataan ini datang setelah pasukan Myanmar menembaki demonstran, yang menewaskan dua orang.
“Saya mengutuk keras kekerasan militer terhadap pengunjuk rasa sipil yang damai. Saya mendesak militer dan semua pasukan keamanan di Myanmar untuk segera menghentikan kekerasan terhadap warga sipil," kata Borrell.
Baca Juga: Dua Orang Demonstran Myanmar Tewas Setelah Ditembaki Polisi
Borrell, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (21/2/2021), juga mengindikasikan bahwa UE akan menerapkan sanksi terhadap junta militer. Baca juga: Demonstran Myanmar Meninggal setelah 10 Hari Terluka Parah
"Kami akan membahas pada awal pekan dengan Menteri Luar Negeri UE tentang kejadian terbaru di Myanmar untuk mengambil keputusan yang tepat," ujarnya.
UE dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk memperkenalkan larangan perjalanan dan pembekuan aset terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kudeta, dan tindakan keras terhadap warga sipil.
Sebelumnya diwartakan, para penentang kudeta turun ke jalan di beberapa kota besar dan kecil di Myanmar bersama para anggota etnis minoritas, penyair dan pekerja transportasi.Baca juga: Cegah Protes dan Demonstrasi, Junta Militer Myanmar Batasi Akses di Sejumlah Wilayah
Beberapa pengunjuk rasa menyerang polisi dengan ketapel di Mandalay. Polisi menanggapi dengan menembakkan gas air mata dan senjata api, meskipun pada awalnya tidak jelas apakah mereka menggunakan peluru tajam atau peluru karet.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: