Menengok Jejak Perpustakaan Islam Abad ke-8, Ubah Dunia dengan Ilmu Matematika Modern
Buku Fibonacci mendemonstrasikan penggunaan angka dalam operasi aritmatika - teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk memecahkan perhitungan praktis seperti margin keuntungan, penukaran uang, konversi berat, pertukaran barang, dan bunga.
"Mereka yang ingin mengetahui seni dalam berhitung, mengenai kepelikan dan kecerdikannya, harus tahu menghitung dengan tangan," tulis Fibonacci dalam bab pertama karya ensiklopedia miliknya, mengacu pada angka-angka yang sekarang dipelajari di sekolah (1, 2, 3, 4 dst.).
"Dengan kesembilan figur angka dan satu tanda 0, angka-angka apa pun bisa ditulis." Akhirnya, matematika dapat digunakan dalam berbagai bentuk.
Kejeniusan Fibonacci ini bukan sekadar kreativitasnya sebagai seorang matematikawan, tapi juga ketekunan untuk memahami ilmu dari kalangan ilmuwan Muslim selama berabad-abad: rumus penghitungannya, sistem penempatan desimalnya, dan aljabar mereka.
Kenyataannya, gagasan sistem Liber Abbaci sebagian besar berdasarkan pada algoritma Al-Khwarizmi dari abad ke-9 .
Untuk pertama kalinya, risalah revolusionernya menyajikan sebuah cara yang sistematik untuk memecahkan persamaan kuadrat.
Oleh karena temuannya ini, Al-Khawarizmi sering disebut sebagai bapak aljabar - sebuah kata yang banyak memberikan manfaat - yang berasal dari kata Arab "al-jabr", yang artinya "memulihkan bagian yang rusak".
Pada 821 ia diangkat menjadi seorang astronom dan kepala pustakawan Rumah Kebijaksanaan. Risalah Al-Kwarizmi memperkenalkan sistem bilangan desimal di dunia Muslim," jelas Al-Khalili.
"Yang lainnya, seperti Leonardo da Pisa, membantu menyebarkannya ke seluruh Eropa."
Dengan demikian, pengaruh Fibonacci dalam transformasi matematika modern sebagian besar merupakan warisan dari Al-Khwarizmi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: