Memanas, Krisis Politik Armenia Rentan Munculkan Kudeta Militer
Situasi di Armenia terus memanas setelah militer turut angkat bicara mengenai krisis politik yang sedang berlangsung di negara tersebut. Langkah militer ini mendapat kecaman keras dari Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, yang menyebutnya sebagai kudeta.
Pashinyan, telah menghadapi seruan untuk mundur sejak November setelah apa yang dikatakan para kritikus sebagai penanganan yang sangat buruk atas konflik enam minggu antara Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh dan sekitarnya.
Baca Juga: Terdengar Mesir Ingin Borong Senjata Rusia, AS Prihatin: Perkara HAM...
Mantan jurnalis yang berkuasa dalam revolusi damai pada Mei 2018, telah menolak seruan untuk mundur meskipun ada protes dari oposisi. Dia mengatakan dia bertanggung jawab atas apa yang terjadi, tetapi sekarang perlu memastikan keamanan negaranya.
Militer Armenia kemudian menambah tekanan terhadap Pashinyan, dengan turut melemparkan kritikan keras terhadap pemerintahanya.
"Manajemen yang tidak efektif dari pihak berwenang saat ini dan kesalahan serius dalam kebijakan luar negeri telah menempatkan negara di ambang kehancuran," kata militer dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (25/2/2021).
Dalam pernyataanya, militer juga mengecam keputusan Pashinyan untuk wakil kepala pertama dari staf umum Angkatan Darat. Sebuah tindakan yang digambarkan militer sebagai tidak bertanggung jawab, tidak berdasar dan merugikan negara.
Dua mantan Presiden Armenia, Robert Kocharyan dan Serzh Sarksyan, merilis pernyataan yang meminta orang-orang Armenia untuk memberikan dukungan terhadap militer.
Merespon hal ini, Pashinyanmeminta para pengikutnya untuk berkumpul di pusat Yerevan, untuk mendukungnya. Dalam pidato yang disiarkan di Facebook, dia menyebut langkah militer itu bisa dianggap kudeta.
"Masalah terpenting saat ini adalah menjaga kekuasaan di tangan rakyat, karena saya menganggap apa yang terjadi sebagai kudeta militer," kata Pashinyan.
Dia mengatakan penting untuk menghindari konfrontasi meskipun ketegangan meningkat.
"Bahaya kudeta bisa dikendalikan, kita tidak memiliki musuh di dalam Armenia, kita hanya memiliki saudara laki-laki dan perempuan," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: