Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Tengah Panasnya Tensi Politik, PM Armenia Ungkit Masa Lalu: Apa Senjata Rusia dari Tahun '80-an?

Di Tengah Panasnya Tensi Politik, PM Armenia Ungkit Masa Lalu: Apa Senjata Rusia dari Tahun '80-an? Kredit Foto: AP Photo/UNTV
Warta Ekonomi, Yerevan -

Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan menyatakan rudal balistik Iskander buatan Rusia tidak meledak selama konflik Nagorno-Karabakh.

Pernyataan Nikol Pashinyan itu memicu kontroversi mengenai efisiensi rudal-rudal tersebut.

Baca Juga: Memanas, Krisis Politik Armenia Rentan Munculkan Kudeta Militer

Setelah menderita kehilangan besar wilayah dalam konflik Nagorno-Karabakh ke kontrol Azerbaijan, tekanan terhadap Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan terus meningkat.

Dia juga telah memperingatkan masyarakat internasional bahwa 'kudeta militer' sedang dirancang setelah sejumlah anggota angkatan bersenjata mengatakan dia harus mengundurkan diri.

Sebelumnya, mantan Presiden Armenia Serzh Sargsyan mengkritik pemerintahan Pashinyan dengan menanyakan mengapa rudal jarak pendek Iskander buatan Rusia tidak ditembakkan pada hari ketiga atau hari keempat perang.

Baru-baru ini, Pashinyan ditanyai tentang komentar Sargsyan atas rudal balistik Iskander dalam wawancara khusus dengan saluran Armenia, 1in.am.

Ketika ditanya mengapa rudal Iskander tidak meledak, atau mengapa hanya meledak 10%, Pashinyan menjawab dengan alasan rudal Rusia itu mungkin sudah ketinggalan zaman.

“Mungkin itu adalah senjata tahun 80-an?” papar dia, dilansir TRT World.

"Orang yang ditolak tidak boleh bertanya, jawabannya yang dia tahu," ujar Pashinyan untuk menyindir Sargsyan.

Armenia pertama kali memamerkan kompleks rudal bergerak Iskander selama parade militer yang didedikasikan untuk peringatan 25 tahun kemerdekaan Armenia pada 2016.

Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Seyran Ohanyan mengatakan rudal tersebut diperoleh menjelang akhir masa jabatannya pada 2015.

"Saya rasa tidak mungkin. Apa artinya rudal digunakan 10% atau meledak 10%?” ungkap Ohanyan memberi tahu Azatutyun.

"Pertanyaan-pertanyaan itu harus ditanyakan kepadanya (Pashinyan), tetapi saya pikir dia bukan spesialis, dia adalah orang yang sangat jauh untuk menarik kesimpulan tentang itu."

Di sisi lain, Mantan Kepala Staf Umum Militer Armenia, Artak Davtyan, mengatakan, "Jika ada masalah teknis, tentu tidak akan diterima. Anda harus beralih ke spesialis untuk pertanyaan profesional.”

Pertanyaan tentang efisiensi rudal Iskander telah menuai kritik keras dari Rusia.

Anggota senior Duma Rusia, majelis rendah parlemen, menyerang Pashinyan.

Misalnya, Viktor Zavarzin, wakil ketua komite Duma Negara Rusia untuk pertahanan dan keamanan, menegaskan, "Iskander adalah senjata yang sangat presisi, yang telah berulang kali dibuktikan selama latihan militer."

Zavarzin mendefinisikan pernyataan Pashinyan tentang rudal itu sebagai "kebohongan total".

Pakar militer Rusia Viktor Murakhovsky segera menuduh Pashinyan, dengan bertanya kepadanya, "Dari mana datangnya fantasinya," terkait komentarnya tentang rudal Iskander.

"Iskander tidak digunakan selama konflik di Nagorno-Karabakh dan mereka tidak melakukan peluncuran," ujar Murakhovsky.

Namun, rekaman video terungkap di media sosial yang menunjukkan Armenia menembakkan rudal balistik Iskander ke Azerbaijan pada November.

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Armenia pada 24 Februari mengakui bahwa Armenia menggunakan rudal balistik Iskander setelah sebelumnya ditolak Perdana Menteri Armenia.

"Pashinyan dengan tegas melarang, mengatakan bahwa komunitas dunia akan mengutuk kita jika kita membunuh beberapa ribu tentara musuh sekaligus. Satu-satunya saat saya diizinkan menggunakan Iskander adalah di kota Shusha. Saya menggunakannya. Kami memanfaatkan ini dan berhasil membawa beberapa tank ke kota. Dua hari kemudian, saya diperintahkan untuk meninggalkan Shusha dan mundur," papar dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: