Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ambisius, Militer Duduki Rumah Sakit sampai Universitas Tepat Sebelum Aksi Mogok Massal

Ambisius, Militer Duduki Rumah Sakit sampai Universitas Tepat Sebelum Aksi Mogok Massal Para buruh di Myanmar lakukan aksi demonstrasi untuk mendukung demokrasi. | Kredit Foto: Federation of Garment Workers Myanmar

Minggu lalu, polisi dan personel militer terekam memaksa tiga pekerja amal medis keluar dari ambulans mereka sebelum secara brutal memukuli mereka dengan senjata dan pentungan. Lalu ada beberapa kasus staf rumah sakit bersembunyi setelah militer menuntut pengunjuk rasa yang terluka dipindahkan ke rumah sakit militer.

Dikutip surat kabar milik pemerintah Global New Light of Myanmar, pasukan polisi Myanmar mengatakan pasukan keamanan "memelihara" berbagai universitas dan rumah sakit di seluruh negeri "untuk kepentingan rakyat”.

Diketahui, serikat buruh Myanmar menyerukan pemogokan nasional pada Senin (8/3/2021), sebagai bagian dari kampanye pembangkangan sipil melawan kudeta. Delapan belas serikat pekerja industri besar termasuk pertanian, energi, pertambangan, konstruksi, makanan, dan transportasi telah menyerukan "penghentian penuh ekonomi Myanmar."

"Organisasi buruh Myanmar bersatu untuk mendukung penghentian pekerjaan nasional yang diperpanjang melawan kudeta militer dan untuk masa depan de Myanmar.

"Organisasi buruh Myanmar bersatu untuk mendukung penghentian pekerjaan nasional yang diperpanjang melawan kudeta militer dan untuk masa depan demokrasi Myanmar," bunyi pernyataan bersama.

"Tidak ada yang bisa memaksa warga Myanmar untuk bekerja; kami bukan budak junta militer sekarang dan kami tidak akan pernah menjadi budak,” lanjutnya.

Sementara itu, kelompok perempuan telah menyerukan masyarakat untuk hadir pada Senin (8/3/2021) untuk memperingati Hari Perempuan Internasional, dan "menerbangkan" Htamain (sarung) mereka sebagai bagian dari gerakan anti-junta. Foto menunjukkan wanita berbaris dengan Htamain mereka berkibar seperti bendera di belakang mereka, atau digantung di jalan di depan barikade.

Menurut Reuters yang mengutip para saksi, saat protes berlanjut pada Senin (8/3/2021), setidaknya dua orang tewas di kota utara Myitkyina setelah polisi menembaki pengunjuk rasa. Beberapa lainnya terluka dalam kekerasan itu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat lebih dari 54 orang tewas dalam tindakan keras terhadap protes, termasuk banyak remaja dan orang muda.

Di banyak distrik di kota terbesar, Yangon, pada Sabtu (5/3/2021) dan Minggu (6/3/2021), para saksi melaporkan suara tembakan dan granat kejut. Penduduk yang ketakutan menyaksikan dan memvideokan ketika pasukan keamanan menggerebek daerah pemukiman di kota dan melakukan beberapa penangkapan malam hari.

Warga mengatakan kepada Reuters bahwa polisi melepaskan tembakan dan tidak memberikan alasan penangkapan, yang berlanjut hingga Minggu (7/3/2021) dini hari.

Salah satu dari mereka yang ditahan dalam penggerebekan pada hari Sabtu (6/3/2021) adalah seorang pejabat partai dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi. Menurut kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dan Reuters, Khin Maung Latt meninggal saat dalam tahanan,

"Pada malam penangkapannya, Khin Maung Latt disiksa sampai mati di selnya," kata AAPP dalam siaran persnya, Minggu (7/3/2021). Anggota parlemen NLD Ba Myo Thein mengatakan kepada Reuters, laporan tentang memar di kepala dan tubuh Khin Maung Latt menimbulkan kecurigaan bahwa dia telah dianiaya.

CNN tidak dapat secara independen memverifikasi pelaporan ini dan rincian seputar kematian Khin Maung Latt tidak segera jelas.

Khin diketahui telah bekerja sebagai manajer kampanye untuk salah satu dari dua anggota parlemen Muslim yang terpilih pada tahun 2020. Para pelayat berkumpul untuk pemakamannya pada hari Minggu (7/3/2021) di Yangon.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: